Site icon Pahami

Berita Wapres Bikin Konten YouTube soal Generasi Muda, Sorot Film Jumbo


Jakarta, Pahami.id

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka Lepaskan video di platform YouTube, membahas bonus demografis dan generasi muda Indonesia sebagai penentu masa depan negara dan negara.

Video diunggah di akun YouTube Gibran Rakabuming19 April kemarin. Pada hari Minggu (4/20) Video Malam 6 -econd 19Minut 19 disaksikan oleh 160 ribu netizens.


Dalam video Gibran menjelaskan pentingnya mengharapkan dan menggunakan bonus demografis Indonesia, itu terjadi pada 2030-2045.

“Situasinya hanya sekali dalam sejarah peradaban,” kata Gibran.

Menurut Gibran, bonus demografis Indonesia tidak akan diulang. Selama puncak bonus kemudian, ia mengatakan ada sekitar 208 juta orang Indonesia di usia produktif.

Dengan jumlah yang sangat besar, generasi yang produktif atau muda, kata Gibran, akan memiliki pengaruh yang signifikan pada menentukan arah kemajuan.

“Ini adalah peluang besar kami, ini adalah peluang emas kami,” kata Gibran.

Gibran mengatakan puncak bonus demografis Indonesia harus digunakan secara maksimal. Jangan biarkan bonus memuncak hanya menjadi angka statistik tanpa bukti nyata.

“Kami, generasi muda, bukan hanya bonus, kami adalah jawaban untuk tantangan di masa depan,” katanya.

Gibran mengatakan banyak orang Indonesia muda telah mengukir kesuksesan. Dia memberi contoh seorang pemuda Indonesia yang membuat film animasi jumbo.

Jumbo telah memecahkan rekaman sebagai film animasi terbaik di Asia Tenggara. Film ini juga telah ditampilkan di 17 negara Asia dan Eropa.

Contoh lain adalah keberhasilan tim nasional U-17 melalui Piala Dunia U-17. Indonesia mulai menjadi peserta Piala Dunia melalui kualifikasi.

“Dan saya percaya bahwa generasi muda Indonesia tidak takut dengan tantangan itu, kami adalah pejuang yang sulit, kami hanya perlu alasan untuk percaya,” katanya.

Gibran mengatakan keberhasilan suatu negara, kebangkitan negara itu bukan satu tahun, lima tahun, atau sepuluh tahun.

Dia percaya pembangunan negara telah dilakukan selama beberapa dekade dan kerja sama serta kerja keras semua komponen negara.

“Karena itu, kita membutuhkan kerja sama, kita membutuhkan persatuan, kita membutuhkan budaya bangunan.

(DHF/WIS)


Exit mobile version