Jakarta, Pahami.id —
Forum Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) meminta pemerintah memperbaiki tata kelola secara menyeluruh sampah. Walhi mengecam keras kebijakan penutupan TPA Cipeucang yang menyebabkan sampah menumpuk di jalanan Kota Tangerang Selatan (Tunggu sebentar).
Pengurus WALHI Just Urban Wahyu Eka Styawan mengatakan, harus ada implementasi kebijakan zero waste city dari Pemerintah Pusat yang memaksa pengurangan di hulu. Selain itu, harus ada tanggung jawab produsen melalui skema Extended Producer Responsibility (EPR) dan desain ulang produk untuk meminimalkan limbah.
“Pemerintah pusat harus memaksakan penerapan kebijakan berbasis konsep Kota Tanpa Sampah “yang menekankan pada hulu pengurangan, sistem penggunaan kembali, dan tanggung jawab produsen melalui skema EPR, termasuk desain ulang produk untuk meminimalkan limbah,” kata Wahyu dalam keterangan tertulis, Kamis (18/12).
Selain itu, Wahyu menilai penutupan TPA Cipeucang bertentangan dengan UU No. 18 Tahun 2008. Sebab, peraturan ini mengharuskan pengelolaan sampah secara sistematis termasuk melarang praktik pembuangan sampah secara terbuka dan memerlukan upaya pengurangan sampah di tingkat hulu.
Selain itu, dia juga menilai Pemerintah Tangsel tidak berhasil menetapkan target pengurangan sampah. Sementara itu, Walhi menilai pemerintah pusat belum berhasil mendorong kebijakan strategis yang menyentuh akar permasalahan.
“Solusi jangka panjang harus fokus pada pengurangan sampah di sumbernya, bukan hanya memusnahkannya di hilir,” kata Wahyu.
Lebih lanjut, WALHI menilai jika tidak ada perubahan maka krisis sampah akibat penutupan TPA Cipeucang akan terus terulang seperti yang terjadi di TPA Piyungan, Yogyakarta.
“Penutupan TPA Cipeucang harus menjadi momentum koreksi menyeluruh kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, tumpukan sampah terlihat di pinggir jalan dan pemukiman warga Tangsel. Bau busuk dari tumpukan sampah mengganggu kenyamanan warga.
Pengumpulan sampah terjadi di lebih dari enam titik. Kondisi terparah terjadi di kolong flyover Ciputat. Tumpukan sampah sangat banyak dan menimbulkan bau tidak sedap.
Selama ini TPA Cipeucang hanya mampu menampung 300-400 ton sampah per hari, sedangkan Kota Tangerang Selatan menghasilkan sekitar 1.000 ton per hari.
Akibatnya, sejak 10 Desember 2025, tumpukan sampah menumpuk di berbagai jalan termasuk di depan Pasar Cimanggis, Ciputat, meski sudah dilakukan pengangkutan.
Keadaan ini bukan sekedar permasalahan teknis, melainkan akumulasi dari ketidakmampuan pemerintah mengantisipasi peningkatan jumlah sampah melalui kebijakan berbasis data dan perencanaan jangka panjang.
Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengaku sampah tersebut menumpuk karena lokasi TPA Cipeucang sedang dalam perbaikan.
“TPA Cipeucang saat ini sedang ditata dan diperbaiki dengan terasering dan dewatering sehingga mengganggu pengangkutan sampah,” kata Benyamin saat dihubungi, Jumat (12/12).
(fam/dal)

