Site icon Pahami

Berita Trump usai Ditembak saat Kampanye: Seharusnya Saya Mati


Jakarta, Pahami.id

calon presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan dia seharusnya tewas dalam penembakan saat berkampanye di Pennsylvania pada Sabtu (13/7).

Trump ditembak saat berbicara di rapat umum. Akibat penyerangan tersebut, ia mengalami cedera telinga.


“Saya seharusnya tidak berada di sini. Saya seharusnya sudah mati,” kata Trump saat wawancara dengan New York Times, dikutip CNN, Senin.

Ia kemudian berkata, “Karena takdir atau karena Tuhan, banyak orang mengatakan karena Tuhan saya ada di sini.”

Selama wawancara, perban putih besar muncul di telinga Trump.

Presiden AS periode 2016-2020 itu juga memperlihatkan lengan kanannya yang memar. Namun, New York Times tidak diperbolehkan memotret Trump selama proses tanya jawab tersebut.

Dalam kesempatan itu, Trump juga mengungkapkan kesannya terhadap foto dirinya mengepalkan tangan, darah terlihat di pelipis, dan bendera AS berkibar di belakangnya. Gambar itu menjadi viral di media sosial.

“Banyak orang mengatakan itu adalah gambar paling ikonik yang pernah mereka lihat. Mereka benar dan saya belum mati,” ujarnya.

Biasanya Anda harus mati untuk mendapatkan gambar ikonik, tambah Trump.

Trump juga mengatakan setelah penembakan itu bahwa dia ingin terus berbicara dengan para pendukungnya.

Namun, anggota Dinas Rahasia rupanya membawa Trump ke fasilitas medis.

“Saya ingin terus berbicara, tetapi saya tertembak,” katanya.

Sesaat setelah penembakan, Trump terlihat mengepalkan tinjunya dan berkata “melawan!”

Trump mengalami upaya pembunuhan akhir pekan lalu. Pelaku menembakkan peluru dari atap gedung luar lokasi kampanye dengan menggunakan senapan jenis AR 556.

Namun pelaku ditembak mati oleh anggota Secret Service. Saat kejadian, dia tidak membawa identitas apa pun.

Biro Investigasi Federal (FBI) kemudian mengidentifikasi pelaku menggunakan verifikasi DNA dan biometrik. Hasil pemeriksaan menunjukkan pelaku adalah pria berusia 20 tahun asal Pennsylvania, Thomas Matthew Crooks.

FBI masih menyelidiki dan melacak bagaimana Crooks mendapatkan senjata tersebut.

Secret Service juga menjadi sorotan karena dianggap gagal menemukan presiden AS ke-45 tersebut.

(isa/bac)


Exit mobile version