Jakarta, Pahami.id —
Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald TrumpP pertimbangkan untuk menggantung balok TikTok selama 90 hari alias tiga bulan sebelum media sosial China diblokir di AS.
Trump mengatakan dia akan mempertimbangkan keputusan penangguhan tersebut dan mengumumkannya pada pelantikannya besok (20/1), jika dia benar-benar menerimanya.
“Perpanjangan 90 hari adalah sesuatu yang kemungkinan besar akan dilakukan, karena itu pantas,” kata Trump Berita NBC dikutip Reuters.
“Jika saya memutuskan untuk melakukannya, saya mungkin akan mengumumkannya pada hari Senin,” lanjut Trump.
AS resmi memblokir TikTok mulai hari ini, Minggu (19/1) menyusul keputusan Mahkamah Agung (MA) yang melarang platform buatan China itu beroperasi di Negeri Paman Sam.
Mahkamah Agung menilai keputusan ini mempertimbangkan faktor keamanan nasional seperti yang disoroti Kongres AS.
“Kongres telah menetapkan bahwa pembuangan data tersebut diperlukan untuk mengatasi kekhawatiran keamanan nasional yang beralasan mengenai praktik pengumpulan data TikTok dan hubungannya dengan musuh asing,” kata Mahkamah Agung dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN.
Pejabat AS ingin melarang TikTok karena media sosial tersebut dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional Washington. AS mencurigai pemerintah Tiongkok dapat menggunakan platform tersebut untuk memata-matai warga AS atau secara diam-diam memengaruhi publik AS dengan konten tertentu.
Kekhawatiran pejabat tersebut mengikuti undang-undang keamanan Tiongkok baru-baru ini yang mengharuskan TikTok bekerja sama dalam mengumpulkan informasi intelijen.
Trump pada masa jabatan pertamanya juga berupaya mengusir TikTok dari Amerika Serikat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dia telah menggunakan platform tersebut untuk terhubung dengan para pendukungnya.
Ada spekulasi bahwa perubahan sikap Trump disebabkan pertemuan singkatnya dengan investor ByteDance dan kontributor utama Partai Republik, Jess Yass.
ByteDance adalah perusahaan induk TikTok. Perusahaan tersebut pernah dikatakan telah membayar mantan staf kampanye Trump untuk melobi anggota parlemen di Washington agar mendukung TikTok.
(blq/pta)