Daftar isi
Jakarta, Pahami.id –
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memboikot KTT G20 Di Afrika Selatan hingga upaya Partai Republik mencegah Wali Kota New York Zohran Mamdani menjabat menjadi fokus pemberitaan internasional pada Senin (10/10).
Berikut sekilas berita internasional:
Hamas mengembalikan jenazah seorang perwira Israel yang terbunuh 11 tahun lalu di Gaza
Israel mengklaim telah menerima sisa-sisa tentara dari kelompok milisi Hamas Palestina yang terbunuh di Jalur Gaza pada tahun 2014.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutkan jenazah tersebut diserahkan pada Minggu (9/11) melalui Palang Merah.
Sayap militer Hamas sebelumnya menyatakan akan menyerahkan jenazah Hadar Goldin, perwira militer Israel yang tewas dalam konflik di Gaza. Namun, Israel belum mengidentifikasi apakah jenazah yang diterima benar-benar milik Goldin.
Trump Absen & Boikot KTT G20: Penghinaan Besar Terjadi di Afrika Selatan!
Presiden Donald Trump telah mengonfirmasi bahwa tidak ada pejabat AS yang akan menghadiri KTT G20 di Afrika Selatan, termasuk dirinya, pada 22-23 November.
September lalu, Trump mengumumkan Wakil Presiden JD Vance akan mewakilinya dalam pertemuan tersebut. Namun, kini ia menyatakan tidak akan mengirimkan perwakilan AS untuk menghadiri acara tersebut.
“Merupakan penghinaan besar jika KTT G20 diadakan di Afrika Selatan,” kata Trump melalui jejaring sosialnya, Social Truth, Minggu (9/11).
“Merupakan penghinaan besar jika KTT G20 diadakan di Afrika Selatan,” kata Trump melalui jejaring sosialnya, Social Truth, Minggu (9/11).
Trump cs Ancam Cabut Status Kewarganegaraan Zohran Mamdani, Mungkinkah?
Beberapa politisi dari partai Republik yang dipimpin Presiden Amerika Serikat Donald Trump berusaha mencegah walikota terpilih New York, Zohran Mamdani, untuk menjabat. Salah satunya adalah mencabut status kewarganegaraan wali kota keturunan Afrika dan Asia Selatan.
Beberapa anggota Partai Republik menyerukan penyelidikan terhadap proses naturalisasi Mamdani dan menyerukan agar kewarganegaraannya dicabut dan dideportasi.
Beberapa politisi Partai Republik menuduh pria kelahiran Uganda berusia 34 tahun itu dideportasi karena menganut ideologi komunis dan “kegiatan teroris” tanpa bukti apa pun.
(RDS)

