Site icon Pahami

Berita Tolak Serahkan Jasad, Rusia Dituding Jadi Dalang Kematian Navalny


Jakarta, Pahami.id

Pendukung Alexei Navalny menuduh pemerintah Rusia di balik kematian pemimpin oposisi, dan musuh Presiden Vladimir Putin. Pasalnya, pemerintah disebut berusaha ‘menyembunyikan kesalahannya’ dengan menolak menyerahkan jenazahnya.

Di sisi lain, Kremlin sejauh ini bungkam meski mendapat berbagai tudingan dari Barat terkait kematian Navalny.

Kritikus Kremlin berusia 47 tahun itu meninggal di penjara di Kutub Utara pada Jumat (16/2), setelah menghabiskan lebih dari tiga tahun di balik jeruji besi. Penangkapan Navalny memicu kemarahan dan kecaman dari para pemimpin Barat dan pendukungnya.


Kematiannya, yang oleh negara-negara Barat disalahkan pada Kremlin, membuat oposisi Rusia tidak berdaya hanya sebulan sebelum pemilu yang akan memperpanjang kekuasaan Putin.

<!–

ADVERTISEMENT

/4905536/CNN_desktop/cnn_nasional/static_detail

–>

Kira Yarmysh, juru bicara keluarga, mengatakan ibu Navalny, Lyudmila, dan pengacaranya tidak diizinkan melihat jenazahnya setelah tiba di penjara.

Jelas sekali bahwa para pembunuh ingin menutupi jejaknya dan oleh karena itu mereka tidak menyerahkan jenazah Alexei, melainkan menyembunyikannya dari ibunya, kata tim Navalny dalam postingan di Telegram, mengutip AFPSabtu (17/2).

Polisi Rusia pada hari Sabtu bergerak cepat untuk membubarkan pertemuan kecil dan peringatan untuk menghormati mendiang kritikus Kremlin. Mereka menangkap lebih dari 340 orang di 30 kota, kata kelompok hak asasi manusia OVD-Info.

Di ibu kota Moskow, dua orang ditangkap pada sebuah acara penghormatan ketika ratusan pelayat menangis atas kematian pemimpin oposisi tersebut.

“Kematian Alexei Navalny adalah hal terburuk yang bisa terjadi pada Rusia,” demikian bunyi sebuah catatan yang tertinggal di antara bunga-bunga itu.

Setelah awalnya menolak tuduhan bahwa merekalah yang harus disalahkan, Kremlin belum menjelaskan kematian Navalny, meskipun ada kecaman dari para pemimpin Barat.

Pertemuan para menteri luar negeri G7 di Munich mengheningkan cipta selama satu menit untuk pemimpin tersebut pada hari Sabtu, sementara Presiden AS Joe Biden menyalahkan Putin atas hal tersebut.

“Jangan salah, Putin bertanggung jawab atas kematian Navalny,” ujarnya pada Jumat.

Berbicara di Konferensi Keamanan Munich beberapa jam setelah berita kematian suaminya, Yulia Navalnaya mengatakan Putin dan rombongannya akan “dihukum atas semua yang mereka lakukan terhadap negara kami, terhadap keluarga saya, dan suami saya”.

Ia menyerukan komunitas internasional untuk “bersatu dan mengalahkan rezim yang jahat dan menakutkan ini”.

Peraih Hadiah Nobel Perdamaian Rusia Dmitry Muratov mengatakan kematian Navalny adalah “pembunuhan” dan dia “disiksa dan diperlakukan dengan buruk” selama tiga tahun di penjara.

Penghormatan terus mengalir pada hari Sabtu, ketika para pendukung melancarkan protes anti-Putin dan mendirikan tugu peringatan untuk Navalny di misi diplomatik Rusia di seluruh dunia.

Di Rusia, polisi menangkap ratusan orang yang meletakkan bunga di monumen korban penindasan politik, kata kelompok hak asasi manusia.

Dalam sebuah video yang diposting oleh media independen Sota dari ibu kota Moskow, seorang wanita terdengar berteriak ketika sekelompok polisi menahannya dengan paksa, disertai dengan teriakan “malu” dari penonton.

(tim/dmi)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);

Exit mobile version