Jakarta, Pahami.id —
Pemerintah Timor Timur menarik perhatian setelah mengeluarkan dana hingga $12 juta atau setara Rp 185 miliar untuk persiapan menyambut Kepala Gereja Katolik Sedunia dan Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskusdi ibu kota Dili.
Pengalokasian dana tersebut dikritik oleh beberapa kelompok hak asasi manusia, salah satunya Lao Hamutuk karena terlalu berlebihan.
Alasannya, situasi perekonomian Timor Leste sedang kurang baik. Dana tersebut sangat sedikit jika dibandingkan dengan dana peningkatan produksi pangan dalam negeri.
Lantas, uang puluhan juta dolar itu digunakan untuk apa?
Menurut Direktur Badan Pembangunan Nasional Timor Leste, Rui Lourenco da Costa, dana sebesar $1 juta atau Rp15 miliar dari jumlah tersebut digunakan untuk membangun altar Misa Kudus.
“Altar Misa dibangun oleh Syarikat Carya Timor, dan total nilai proyek ini adalah $1 juta,” kata Rui kepada National TV News.
Sementara itu, Menteri Administrasi Nasional Timor Leste Tomas Cabral menjelaskan, dana tersebut dialokasikan bukan hanya untuk menyambut Bapa Suci. Uang itu juga digunakan untuk pembangunan jalan, renovasi gereja, dan fasilitas umum.
“Jangan bandingkan negara kita dengan negara tetangga yang mempunyai sarana dan prasarana yang cukup untuk menjadi tuan rumah acara internasional atau tamu tingkat tinggi kenegaraan,” kata Cabral.
“Di sini kita harus membangunnya dari awal,” lanjutnya.
Peneliti Lembaga Pemantauan dan Analisis Pembangunan Lao Hamutuk atau Timor-Leste, Mariano Fereira, sebelumnya mengatakan anggaran untuk menyambut Paus Fransiskus terlalu besar karena sangat jauh dibandingkan anggaran tahunan untuk meningkatkan produksi pangan.
“[Alokasi anggaran tahunan untuk meningkatkan produksi pangan di negara ini] sangat rendah. “Hanya sekitar $4,7 juta (setara Rp72 miliar),” kata Mariano seperti dikutip dari Union of Berita Katolik Asia.
Paus Fransiskus mengunjungi Timor Leste sebagai bagian dari perjalanan kerasulannya di Asia-Pasifik. Ia memimpin Misa Kudus di Tasitolu pada Selasa (10/9) yang dihadiri 600 ribu umat.
Timor Leste merupakan salah satu negara termiskin di dunia dimana sekitar 42 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Inflasi yang tinggi akibat perubahan iklim berdampak pada tingkat produksi padi-padian sehingga menyebabkan sekitar 364 ribu orang mengalami kerawanan pangan parah pada Mei hingga September 2024.
(blq/rds)