Site icon Pahami

Berita Thailand Bakal Larang Ganja buat Senang-senang


Jakarta, Pahami.id

Kementerian Kesehatan Thailand mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) yang melarang penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi, Selasa (9/1).

Dilaporkan CNNKementerian Kesehatan Thailand mengeluarkan rancangan ini seiring dengan keinginan pemerintahan baru Negeri Gajah Putih yang ingin memperketat regulasi terkait legalisasi ganja.

Dalam rancangan undang-undang tersebut, orang yang menggunakan ganja untuk tujuan rekreasi dan bukan tujuan medis akan didenda atau dipenjara hingga satu tahun.


Penggunaan ganja kemudian hanya sebatas untuk tujuan medis dan kesehatan saja. Iklan dan promosi tunas dan ekstrak ganja serta produk ganja lainnya akan dilarang.

Pada bulan September, Perdana Menteri baru Thailand, Srettha Thavisin, menegaskan bahwa dia akan “mereformasi” undang-undang tentang ganja dalam enam bulan ke depan.

Sebab, penyalahgunaan narkoba telah meledak dan menjadi “masalah besar bagi Thailand”.

Pada bulan Juni 2020, Thailand melonggarkan peraturannya mengenai ganja dengan tidak lagi menghukum mereka yang menanam, memperdagangkan ganja atau produk rami, dan menggunakan bagian tanaman untuk mengobati penyakit.

Negara Gajah Putih adalah negara Asia pertama yang mendekriminalisasi ganja pada saat banyak negara lain menerapkan hukuman penjara bertahun-tahun, atau bahkan hukuman mati, bagi orang yang memiliki, mengonsumsi, atau menjual narkotika jenis ini.

Keputusan pada tahun 2020 ini juga menyebabkan perekonomian Thailand tumbuh cukup pesat akibat menjamurnya industri bertema ganja, mulai dari kafe, spa, hingga produk kecantikan.

Thailand sendiri melegalkan ganja medis sejak tahun 2018. Pelonggaran peraturan pada tahun 2020 kemudian menjadikan negara tersebut sebagai tujuan pengguna ganja, yang sayangnya justru menyebabkan angka penyalahgunaan narkotika semakin meningkat.

Mantan Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnivakul mengatakan kepada CNN bahwa upayanya untuk melegalkan ganja di masa lalu bukanlah untuk warga negara atau turis Thailand untuk merokok sebagai rekreasi.

“Tidak pernah ada momen di mana kami berpikir untuk mendorong orang menggunakan ganja untuk tujuan rekreasi atau menggunakannya dengan cara yang dapat merugikan orang lain,” kata Anutin.

“Kami [selalu] menekankan penggunaan ekstraksi dan bahan baku ganja untuk keperluan medis dan kesehatan,” tegasnya.

Sementara itu, para pengusaha ganja sangat menentang peraturan apa pun yang akan merugikan industri bernilai miliaran dolar yang sedang berkembang ini.

Future Cannabis Network, sebuah kelompok advokasi di Thailand, mengaku kecewa dengan pemerintah dan menekankan pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan.

“Tidak peduli apa yang terjadi dengan peraturan baru mengenai ganja, sudah terlambat bagi ganja untuk direklasifikasi sebagai narkotika,” kata Kitty Chopaka, seorang pengusaha ganja yang berbasis di Bangkok.

(blq/dna)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);

Exit mobile version