Site icon Pahami

Berita ‘Teka-teki’ Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung di Sidang Umum PBB

Daftar isi



Jakarta, Pahami.id

Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), akan segera mengakhiri masa jabatannya pada Minggu (20/10).

Ia akan digantikan oleh presiden terpilih, Prabowo Subianto, yang juga akan dilantik pada hari yang sama.

Selama 10 tahun menjabat sejak 2014, Jokowi belum pernah menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) secara langsung. Kalaupun hadir, ia hanya hadir melalui platform online. Di SMA PBB yang digelar September 2023 misalnya, mantan Gubernur Jakarta itu hanya hadir secara daring.


Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu), Retno Marsudi mengatakan, hal tersebut tidak akan berdampak signifikan bagi Indonesia. Sebab, Indonesia tetap menghadiri pertemuan tersebut meski Presiden Jokowi tidak hadir.

Jokowi yang sering tidak masuk SMU PBB menjadi pilihan unik. Sebab, seharusnya ada pemimpin negara yang hadir dalam persidangan tersebut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan citra dan martabat negara di kancah internasional.

Lantas sebenarnya kenapa Jokowi tidak pernah menghadiri Sidang Umum PBB?

Tidak terlalu menguntungkan

Pakar Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair), Radityo Dharmaputra mengatakan, Presiden Jokowi adalah pemimpin yang berpegang teguh pada politik luar negeri berdasarkan perhitungan keuntungan ekonomi.

Menurut Radityo, kunjungan ke PBB dinilai tidak terlalu menguntungkan karena tidak menghasilkan investasi atau manfaat ekonomi langsung bagi Indonesia.

“Dari awal kepemimpinannya, Pak Jokowi ingin setiap kebijakannya memberikan manfaat langsung kepada rakyat. Namun ada hal yang juga penting seperti citra Indonesia di dunia,” kata Radityo.

Radityo menuturkan, situasi global kini semakin buruk dengan berbagai perbedaan, perselisihan dan ketegangan politik yang ada. Oleh karena itu, menurutnya diplomasi personal dan silaturahmi antar pemimpin menjadi hal yang penting untuk dilakukan.

“Jika Jokowi memiliki keintiman pribadi dan bakat diplomasi yang kuat, maka ia dapat lebih mencerminkan posisi dan kepentingan Indonesia dan negara-negara Selatan di forum internasional.

“Untuk apa? Ya, untuk nanti kalau ke depan ada permasalahan yang membutuhkan posisi kuat dari Indonesia, dan ketika Indonesia butuh dukungan negara lain, Indonesia bisa memanfaatkannya,” tambah Radityo.

Alasan domestik

Radityo pun membeberkan alasan lain mengapa Presiden Jokowi tidak pernah bersekolah di SMA PBB. Selain tidak memihak, Radityo menilai ada alasan dalam negeri yang lebih penting bagi Jokowi dibandingkan menghadiri persidangan.

Permasalahan seperti kenaikan harga bahan bakar dan permasalahan lainnya membuat Jokowi lebih memilih tinggal di Indonesia dibandingkan terbang ke Amerika Serikat untuk bersekolah di UN High School, dikutip dari Saluran Berita Asia.

Kebijakan yang buruk bagi Indonesia

Peneliti Komoditas dan Energi di Asia, Clara Ferreira Marques, punya pandangan berbeda terkait kebiasaan Jokowi yang tak hadir di forum PBB. Dalam artikel opininya yang dimuat di Bloomberg, ia menilai kebijakan tersebut berdampak buruk bagi Indonesia.

Indonesia, menurut Clara, merupakan salah satu negara paling berpengaruh di dunia. Sebab Indonesia selalu mempunyai peran penting dalam mengatasi permasalahan geopolitik di berbagai bidang, seperti ekonomi, pertahanan, dan keamanan.

Oleh karena itu, ia menilai kebiasaan Jokowi yang sering tidak menghadiri forum PBB akan mengurangi pengaruh Indonesia di mata dunia. Sebab, Indonesia akan dicap tidak peduli dengan isu yang kini menjadi permasalahan di kancah internasional.

Selain itu, Clara juga menjelaskan alasan Jokowi selalu enggan bersekolah di SMP PBB. Sama seperti Radityo, ia juga menilai Jokowi tidak menganggap bersekolah di SMU PBB sebagai sebuah keuntungan. Sebab, keberadaannya di sana tidak akan membawa manfaat ekonomi bagi Indonesia.

Pandangan Jokowi, kenapa saya harus ke PBB? Di sana tidak ada uang dan justru kitalah yang harus membayarnya, tulis Clara.

(gas/bac)



Exit mobile version