Jakarta, Pahami.id –
Taiwan menuduh Cina melakukan pelatihan operasi militer dari Laut Kuning hingga Laut Cina Selatan dan menggunakan kapal perang, Jumat (5/12).
Juru bicara Kantor Kepresidenan Karen Kuo mengatakan penilaian tersebut didasarkan pada pemantauan Kementerian Pertahanan Taiwan dan badan keamanan lainnya.
Kuo mengatakan operasi tersebut tidak terbatas pada Selat Taiwan, tetapi meluas dari Laut Kuning Selatan, hingga Laut Cina Timur dekat Kepulauan Diaoyu dan hingga Laut Cina Selatan dan Pasifik Barat.
“Hal ini menimbulkan ancaman dan dampak terhadap Indo-Pasifik dan seluruh kawasan,” kata Kuo AFP.
Kuo tidak mengungkapkan jumlah kapal Tiongkok yang terlibat dalam operasi militer tersebut. Namun, salah satu sumber mengatakan penggunaan kapal tersebut oleh Beijing sangatlah signifikan.
Dia hanya mendesak Tiongkok untuk menahan diri. Meski demikian, Kuo juga yakin Taiwan bisa mengatasinya.
“Kami juga yakin bisa menangani masalah ini dengan baik,” kata Kuo.
Angkatan Bersenjata Tiongkok dan Kementerian Luar Negeri belum mengomentari tuduhan tersebut atau mengonfirmasi operasi militer tersebut.
“Saya ingin menekankan secara sederhana dengan mengatakan secara konsisten mengakui kebijakan pertahanan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian.
Jian juga mengatakan Angkatan Laut dan Penjaga Pantai Tiongkok beroperasi secara ketat di perairan terkait sesuai dengan hukum domestik Tiongkok dan hukum internasional.
“Saya mendesak pihak-pihak yang berkepentingan untuk tidak bereaksi atau terlibat dalam sensasionalisme yang tidak berdasar,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Intelijen Taiwan Tsai Ming-Yen mengatakan Oktober hingga Desember adalah musim puncak untuk “latihan penilaian tahunan” Tiongkok.
Laporan intelijen juga mengungkapkan bahwa Tiongkok mengoperasikan lebih dari 90 kapal di perairan Asia Timur hingga Kamis pagi waktu setempat. Jumlah ini turun dibandingkan hari-hari sebelumnya yang dikerahkan 100 kapal.
China juga dikabarkan menyerang kapal asing menggunakan jet tempur dan beberapa kapal di Selat Taiwan.
Mereka juga melakukan latihan pemblokiran jika pasukan asing menggunakan bantuan untuk membela Taiwan.
Pengerahan besar-besaran ini terjadi pada saat hubungan antara Tiongkok dan Jepang sedang memanas menyusul pernyataan Takaichi tentang Taiwan.
Pada awal November, Takaichi menekankan bahwa serangan bersenjata ke Taiwan dapat menjadi dasar bagi Jepang untuk menggunakan militer sebagai bagian dari konsep pertahanan kolektif.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok kemudian mendesak Takaichi untuk mencabut pernyataannya. Namun, PM menolak melakukan hal tersebut. Hubungan kedua negara sedang memanas.
Pada saat yang sama, pemerintah Taiwan di bawah Presiden Lai Ching TE meningkatkan anggaran pertahanan untuk delapan tahun ke depan sebesar US$40 miliar.
Lai menegaskan, anggaran tersebut untuk memodernisasi persenjataan Taiwan, khususnya pertahanan udara.
Tiongkok selalu menganggap Taiwan sebagai bagian dari kedaulatannya. Sementara itu, pulau ini terus memperjuangkan kemerdekaan.
Dalam berbagai kesempatan, Tiongkok menegaskan akan menggunakan segala cara jika diperlukan dengan kekuatan untuk membela Taiwan.
(ISA/RDS)

