Jakarta, Pahami.id –
Seorang sopir truk pengangkut material tambang, berinisial HM, meninggal dunia setelah tertimbun tanah longsor di kawasan pertambangan liar, Desa Poboya, Kecamatan Manikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (9/10).
Hal itu dibenarkan Kapolsek Mantikulore Iptu Andi Rampewali.
“Iya,” singkatnya, Jumat (10/10).
Berdasarkan pemberitaan beberapa media, kejadian naas itu terjadi pada pukul 19.00. Saat itu korban sedang berlari dan menurunkan material tambang ke dalam truk. Namun tiba-tiba batu dari tebing tersebut roboh dan menimpa korban.
Dia dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Kasus longsor di lokasi penambangan liar bukan kali ini saja terjadi. Pada Juni 2025, kasus yang sama terjadi, dua orang pekerja tewas tertimbun material batu yang jatuh dari tebing.
“Benar, kami mendapat laporan ada dua orang meninggal akibat aktivitas penambangan liar di kawasan 30 tersebut.
Peristiwa tersebut diduga terjadi akibat adanya longsoran batu dari puncak gunung yang menimpa korban saat berada di dasar area penambangan.
“Satu korban meninggal dunia di lokasi kejadian, sedangkan satu korban lainnya meninggal dunia saat warga dibawa ke rumah sakit,” kata Deny.
Sementara itu, Yayasan Advokasi Masyarakat Sulawesi Selatan (YAMMI) meminta aparat penegak hukum mengusut keberadaan penambangan emas tanpa izin (kotak) di Poboya.
“Para aktor intelektual di balik operasi Kotak Poboya telah beroperasi bertahun-tahun tanpa izin,” kata Direktur Kampanye dan Advokasi Africhal Khamane’i dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia, pasal dalam undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara bisa digunakan dalam kasus tersebut.
Ia juga menyerukan agar tambang ilegal ditutup permanen.
“Tidak ada lagi korban yang berjatuhan karena kelalaian negara dalam menegakkan hukum dan melindungi rakyatnya,” ujarnya.
(Sur/Tim/Sur)