Jakarta, Pahami.id –
Keluarga Muhammad Hisyam (13), siswa SMPN 19 Selatan Tangerang (Tunggu sebentar) yang diduga meninggal setelah mendapatkannya intimidasi Alias Bullying terungkap, saat dirawat di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, korban sudah koma.
Hisham ditempatkan di ICU selama seminggu sebelum akhirnya meninggal.
“Sepupu muda saya meninggal saat masih di ICU saat dirawat di RS Fatmawati pada Jumat pekan lalu, sebelumnya dirawat di RS Colombus BSD.
Rizky mengatakan, saat ini pihak keluarga belum melaporkan kejadian tersebut ke polisi karena masih mengurus pemakaman Hisyam yang terlambat.
“Yang saya dengar, KPAI ingin melakukan pembatasan di sekolah. Pihak keluarga belum melaporkan, karena kami fokus pada (duka) ini,” kata Rizky.
Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan yang mengantarkan jenazah korban ke makam menyampaikan belasungkawa.
“Kami dari Pemerintah Kota Bandar Tangang Selatan menyampaikan belasungkawa, semoga almarhum diberikan penerangan di alam kubur, segala ibadah Hisyam diterima di sisi Allah, kami turut berbelasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan,” kata Pilar.
Pilar mengatakan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel sedang berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Polres Tangsel untuk mengusut kasus ini.
Polres Tangsel sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut atas permasalahan ini, kata Pilar.
Pilar menjelaskan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan sosialisasi kepada setiap sekolah, komite, dan dewan pendidikan untuk membahas gugus tugas anti-bullying di sekolah.
“Soal sekolahnya diperlakukan, tidak ada lagi perlakuannya intimidasi “Kami menjalankannya untuk siswa perempuan di sekolah,” jelas Pilar.
Hisyam, pelajar yang diduga korban perundungan, meninggal dunia di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, setelah sepekan mendapat perawatan. Kabar meninggalnya Hisyam diterima pihak keluarga pada pukul 6 pagi dari paman korban yang berada di rumah sakit.
Adik korban, Rizky, mengatakan adiknya diduga menjadi korban peer bullying sejak diperkenalkan di lingkungan sekolah (MPLS).
Puncak dugaan perundungan terjadi pada Senin (20/10). Saat itu, korban dikabarkan memukul teman sekelasnya menggunakan bangku.
“Sejak era MPLS, yang terparah kemarin tanggal 20 Oktober kepalanya terbentur kursi,” kata Rizki saat dikonfirmasi, Senin (10/11).
Pasca kejadian, pada Selasa (21/10) korban mulai mengeluhkan rasa sakit akibat kejadian tersebut.
“Sehari setelah penindasannya adalah hal baru mengeluh Kepada keluarganya karena tidak tahan dengan sakit kepala,” ujarnya.
Saat dilakukan penelusuran mendalam oleh pihak keluarga, ternyata korban mengaku kerap mendapat perundungan karena ditendang.
Parahnya, kepalanya dipukul oleh kursi. Korban hanya menceritakan semuanya jika kejadiannya serius. Kalau yang lain tidak pernah menceritakannya, ini berani Ceritakan kisahnya setelah selesai merasa Sakit parah,” jelasnya.
(Pemerintahan/Kebijaksanaan)

