Site icon Pahami

Berita Simalakama Pemilu AS Biden vs Trump, Memang Tak Ada Capres Lain?

Jakarta, Pahami.id

Pemilu Presiden Amerika Serikat akan diadakan pada tanggal 5 November. Baik Partai Demokrat maupun Partai Republik belum mengumumkan secara resmi calon presiden mana yang akan mereka usung.

Namun, dua politisi terkemuka AS telah menyatakan diri mencalonkan diri sebagai presiden. Mereka adalah mantan Presiden Donald Trump (78) dan Presiden petahana Joe Biden (81).


Keduanya akan kembali bertarung usai pemilu 2020, jika memang benar-benar dicalonkan.

Berdasarkan jajak pendapat Lima Tiga Puluh Delapan Hingga Kamis (11/7), elektabilitas Trump mencapai 42,4 persen atau lebih tinggi 2,1 persen dibandingkan Biden yang sebesar 40,2 persen.

Jajak pendapat Ekonom juga mencatat elektabilitas Trump mencapai 46 persen, lebih tinggi dua persen dibandingkan Biden yang sebesar 44 persen.

Hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos yang ditutup hingga 2 Juli juga menunjukkan kedua tokoh tersebut akan memperoleh lebih dari 40 persen suara jika maju pada pemilu presiden mendatang.

Dukungan terhadap Biden dan Trump merupakan yang tertinggi dibandingkan tokoh lainnya. Berbagai survei menunjukkan nama-nama seperti Wakil Presiden Kamala Harris; istri mantan Presiden Barack Obama, Michelle Obama; dan Gubernur California Gavin Newsom masih mendukung Biden dan Trump.

Mengapa calon presiden AS hanya ‘terjebak’ pada Joe Biden dan Donald Trump?

Jika melihat syarat calon presiden dalam aturan AS, hanya orang yang berusia minimal 35 tahun yang bisa mencalonkan diri sebagai presiden. Kemudian, hanya mereka yang lahir di AS dan tinggal di AS selama 14 tahun yang diperbolehkan untuk melapor.

Oleh karena itu, bagi yang tidak memenuhi persyaratan dipastikan tidak dapat mengikuti kontes ini. Fakta ini telah menghancurkan satu harapan.

Jika pertanyaannya mengapa Biden? Menurut The Conversation, hanya ada dua alasan utama terjadinya hal ini.

Pertama, jika ada dua politisi Partai Demokrat yang mencalonkan diri, partai tersebut berisiko mengalami kerugian yang tidak semestinya.

Ambil contoh ketika Senator Ted Kennedy mencalonkan diri melawan Presiden petahana Jimmy Carter pada tahun 1980, Partai Demokrat justru kalah telak dalam pemilu. Ronald Reagan dari Partai Republik menang besar dengan 489 suara, jauh di atas Carter yang memperoleh 49 suara.

Faktanya, presiden petahana umumnya memiliki peluang yang cukup besar untuk memenangkan masa jabatan kedua. Hanya 10 dari 45 mantan presiden AS yang gagal mencapai dua periode jabatan.

Peristiwa menyakitkan ini mungkin mendorong Partai Demokrat untuk tidak lalai dalam mencari kandidat baru selain petahana Biden.

Baca di halaman selanjutnya >>>


Exit mobile version