Jakarta, Pahami.id —
Israel mengaku telah membunuh Mohammed Deif, kepala sayap militer HamasBrigade Al Qassam, pada Kamis (1/8).
“Kami sekarang dapat memastikan: Mohammed Deif telah terbunuh,” kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di X.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan Deif tewas dalam serangan jet tempur mereka pada 13 Juli di al-Mawasi, wilayah sebelah barat Khan Younis, Gaza. Ini merupakan konfirmasi kedua Israel atas kematian Deif.
Juli lalu, tentara Israel mengaku berhasil membunuh Deif dalam serangan udara di al-Mawasi. Namun, klaim tersebut ditarik segera setelahnya.
Pihak militer mengatakan belum ada informasi intelijen baru yang bisa membuktikan Deif benar-benar terbunuh.
Siapa Mohammed Deif yang jadi incaran Israel?
Mohammed Deif adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, pada tahun 1990an. Dia telah memimpin tim selama lebih dari 20 tahun.
Melaporkan dari Al Jazeera, Israel mengidentifikasi Deif sebagai dalang utama di balik serangan 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.139 orang di Israel selatan. Identitas tersebut dicap pada dirinya bersama pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Pada pagi hari tanggal 7 Oktober, Hamas merilis rekaman suara Deif yang mengumumkan operasi Badai Al Aqsa, sebuah sinyal pembalasan Palestina atas serangan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Hal ini jarang terjadi karena Deif sangat jarang berbicara atau tampil di depan umum. Oleh karena itu, rakyat Palestina mengharapkan sesuatu yang penting akan terjadi ketika saluran TV Hamas mengumumkan bahwa Deif akan berbicara pada 7 Oktober.
Pada bulan Mei, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Deif, Sinwar dan beberapa tokoh Hamas lainnya atas serangan 7 Oktober.
Deif lahir sebagai Khan Younis pada tahun 1965. Nama aslinya adalah Mohammad Masri, tetapi sekarang lebih dikenal sebagai Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas pada Intifada Pertama.
Deif merupakan lulusan Universitas Islam di Gaza dengan gelar Bachelor of Science. Dia memimpin komite hiburan di universitas dan secara teratur tampil di panggung.
Pada tahun 1989, pada puncak Intifada Palestina Pertama, Deif ditangkap oleh Israel tetapi dibebaskan 16 bulan kemudian.
Dia kemudian menjadi kepala Brigade Al Qassam pada tahun 2002 setelah Israel membunuh pemimpin sebelumnya, Salah Shehadeh.
Beberapa upaya pembunuhan dilakukan terhadap Deif setelah dia menggantikan Shehadeh.
Menurut laporan, Deif kehilangan salah satu matanya dan mengalami cedera serius di salah satu kakinya dalam salah satu upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Negara Zionis.
Warga Palestina menganggap Deif sebagai “pahlawan rakyat” atas perlawanannya selama bertahun-tahun.
Deif diyakini termasuk sosok yang berperan penting dalam pembuatan terowongan dan pembuatan bom untuk Brigade Al Qassam di Gaza.
Karena semua peran tersebut, kehidupan Deif banyak diincar oleh Israel. Bahkan keluarganya juga menjadi sasaran.
Pada bulan Agustus 2014, istri Deif dan putra mereka yang berusia tujuh bulan tewas dalam serangan udara Zionis di rumah mereka di Gaza.
(blq/baca)