Site icon Pahami

Berita Siapa Khaled Mashal, ‘Pahlawan’ Palestina Calon Pengganti Haniyeh?


Jakarta, Pahami.id

Nama Khalid Mashal digadang-gadang menjadi kandidat kuat pengganti pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyahyang tewas terkena rudal di Iran pada Rabu (31/7).

Haniyeh dinyatakan meninggal dalam dugaan pembunuhan oleh Israel, di ibu kota Teheran. Haniyeh terbunuh bersama salah satu pengawalnya.

Pembunuhan itu terjadi saat Haniyeh berada di Iran, untuk menghadiri pelantikan presiden baru Masoud Pezeshkian. Ia juga bertemu dengan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.


Pembunuhan Haniyeh juga menimbulkan pertanyaan mengenai siapa yang akan menjadi penggantinya, terutama di tengah perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza.

Profil Khaled Mashal

Khaled Mashal adalah politisi Palestina kelahiran 1956, yang menjabat sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada tahun 1996 hingga 2017.

Mashal lahir di kota Silwad, Tepi Barat, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Yordania. Dia tinggal di Tepi Barat sampai dia berusia 11 tahun, kemudian melarikan diri bersama keluarganya setelah Israel merebut Tepi Barat pada tahun 1967.

Mashal dan keluarganya kemudian menetap di Kuwait, tempat ayahnya bekerja sebagai buruh tani dan dosen sejak akhir tahun 1950-an.

Mashal adalah seorang tokoh agama yang taat dan tertarik pada aktivisme politik Islam, dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin di Kuwait pada usia 15 tahun. Ikhwanul Muslimin memainkan peran penting dalam pembentukan Hamas pada akhir tahun 1980an, selama Intifada Pertama.

Ia belajar fisika di Universitas Kuwait pada tahun 1974. Setelah lulus, ia menetap di Kuwait dan mengajar fisika, sekaligus aktif dalam gerakan Islam Palestina.

Pada tahun 1984, ia berhenti mengajar untuk menghabiskan lebih banyak waktu fokus pada politik, seperti mengorganisir dan mengumpulkan dana untuk membangun jaringan layanan sosial Islam di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Mashal pindah dari Kuwait ke Yordania setelah invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990. Kemudian pada tahun 1992 kelompok tersebut mengumumkan keberadaan biro politik Hamas di pengasingan, dan Mashal diangkat sebagai anggota.

Beroperasi di Israel, biro ini bertanggung jawab atas hubungan internasional dan aktivitas penggalangan dana. Mashal terpilih sebagai kepala biro politik pada tahun 1996.

Pada tahun 1997, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan pembunuhan Mashal karena dia dituduh mendalangi pemboman sebuah pasar di Yerusalem yang menewaskan 16 orang.

Saat itu, Mashal menjadi sasaran penyemprotan racun oleh agen Mossad di Amman, Yordania. Upaya pembunuhan tersebut gagal, karena pengawal Mashal menyadari bahwa agen Israel berusaha melakukan pembunuhan dan menangkap mereka sebelum melarikan diri.

Raja Yordania Hussein, yang percaya upaya pembunuhan Israel dapat merusak perjanjian perdamaian, kemudian menyelamatkan Mashal dan menekan Benjamin Netanyahu untuk memberikan obat.

Sejak itu, Mashal dianggap sebagai salah satu pahlawan perlawanan Palestina.

Pada tahun 1999, Mashal dipenjarakan sebelum dideportasi dari negara tersebut. Dia tinggal di Qatar, kemudian pindah ke Damaskus pada tahun 2001 untuk mendirikan markas permanen Hamas yang baru.

Pada tahun 2017 di akhir masa jabatan terakhirnya sebagai kepala biro politik, Mashal mengundurkan diri dan digantikan oleh Ismail Haniyeh.

Bagi rakyat Palestina, Mashal dan seluruh pemimpin Hamas adalah pejuang kemerdekaan dari pendudukan Israel.

Sumber Hamas mengatakan Mashal diperkirakan akan terpilih sebagai pemimpin tertinggi kelompok itu menggantikan Ismail Haniyeh.

Selain Mashal, dua petinggi Hamas di Doha yakni Mousa Abu Marzouk dan Khalil al-Hayya juga disebut-sebut sedang mencari calon pengganti Haniyeh.

(Dna)




Exit mobile version