Jakarta, Pahami.id —
Mobil box berwarna putih bertuliskan ‘Unit Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pulo Gebang’ tiba di Komplek SDN Pulo Gebang 06 dan 07. Jakarta Timur.
Pagi itu, Rabu (8/1), merupakan hari ketiga pelaksanaan acara makanan bergizi gratis (MBG) dimulai oleh pemerintah.
Mobil tersebut tiba sekitar pukul 09.21 WIB dan menarik perhatian para siswa yang sedang mengikuti kegiatan Pramuka di tengah lapangan.
Mereka kemudian berpencar dari terik matahari dan berjalan menuju kelas masing-masing. Tak lama kemudian, para siswa kembali ke lapangan dengan membawa kotak besar dan menghampiri mobil SPPG untuk mengangkut paket makanan bergizi gratis tersebut.
Petugas SPPG segera membuka kotak mobil dan melayani para siswa yang sedang mengantri untuk mendapatkan makanan.
Para siswa dan guru bekerja sama untuk makan. Paket makanan dimasukkan ke dalam kotak dan kemudian dibawa ke setiap kelas.
“Kamu kelas berapa? 3A, 30 buah,” kata seorang guru yang sedang membantu petugas SPPG membagikan paket sembako.
Setelah seluruh paket sembako dibagikan, truk boks meninggalkan lokasi sekitar pukul 10.00 WIB. Petugas pun bergegas mengantarkan makanan tersebut ke tempat lain.
Setelah paket makanan sampai di kelas, para guru sibuk membagikannya kepada siswa. Pagi itu, guru kelas 2B SDN Pulo Gebang 06, Tiara selesai membagikan paket sembako kepada seluruh siswa yang berjumlah 32 orang.
Namun matanya tertuju pada kursi kosong di depan, anak itu masih berada di luar kelas. Dia bergegas mencari muridnya, dan setelah menemukannya dia membawanya ke dalam kelas.
Kelas masih dipenuhi anak-anak yang berteriak-teriak. Ia pun meminta anak-anak duduk tenang untuk makan.
“Ayo anak-anak duduk. Kita mau makan. Kita sholat dulu” ajak Tiara.
Sekitar pukul 10.14 WIB, salat sebelum makan berkumandang yang kemudian disusul dengan suara kotak bekal stainless steel dibuka secara serentak oleh para siswa.
Menu hari ini adalah nasi putih ayam cincang, tumis tahu, buncis, ditemani jeruk.
Para siswa tampak bersemangat menyantap makanan yang disajikan. Namun hari itu susu kotak tidak ada dalam menu.
Sekitar 15 sampai 20 menit kemudian, siswa selesai makan dan bergantian maju ke depan kelas untuk meletakkan makanannya.
Ada juga siswa yang tidak menghabiskan makanannya. Dia membagi sisa makanannya dengan teman duduknya. Dia memindahkan sesendok ayam cincang ke ruang makan temannya.
Namun, ada juga yang meninggalkan sisa makanan di ruang makan.
“Sejauh ini rata-rata siswa menyelesaikannya “Makanan dan bila ada kelebihan dititipkan saja di tempat makan untuk dikembalikan ke SPPG,” jelas Tiara.
Pukul 14.16 WIB mobil SPPG datang lagi. Kali ini petugas membagikan makanan kepada siswa yang melaksanakan kegiatan belajar pada siang hari.
Ekspresi wajah salah satu siswa kelas 5 SDN Pulo Gebang 07 senang karena mendapat makanan lagi. Sehari sebelumnya, Selasa (7/1), mereka tidak mendapatkan makanan.
“Saya tidak mendapatkannya kemarin, saya mendapatkannya pada hari Senin,” kata salah satu siswa.
Menu makanan bergizi gratis yang dibagikan pada malam hari sama dengan pagi hari. Data pengiriman paket sembako SPPG Pulo Gebang pada siang hari menunjukkan SDN Pulo Gebang 07 menerima 186 porsi makanan.
Kepala SPPG Pulo Gebang Ahmad Irfansyah tidak menjawab saat dihubungi. Sementara itu, Kepala SDN Pulo Gebang 07 Catharina Yenny Indratno mengakui tidak adanya paket makanan bergizi gratis untuk siswa pada Selasa.
Menurut dia, waktu pengantaran dari SPPG Pulo Gebang berdekatan dengan saat siswa sekolah pulang. Catharina memaklumi hal tersebut karena mobil SPPG Pulo Gebang harus mengantarkan makanan ke banyak tempat sehingga pekerjaannya cukup berat.
“Saya paham kalau misalnya ada penundaan karena mungkin ada masalah. Saya paham karena saya bersyukur, anak-anak juga bersyukur karena mendapat makanan bergizi gratis,” kata Catharina.
Catharina juga berharap pemerintah terus menerapkan asesmen, sehingga seluruh siswa bisa makan tepat waktu.
“Karena ini masih program awal, maka kedepannya bisa dievaluasi terus agar lebih baik lagi, hari ini damai dan tenteram, semua bisa mengikuti kelas malam,” ujarnya.
Mendapat susu pada hari ke 4
Keesokan harinya, Kamis (9/1), mobil SPPG yang mengantarkan paket sembako pada pagi hari tiba lebih awal, sekitar pukul 07.00 WIB. Petugas SPPG membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit untuk membagikan paket sembako kepada seluruh siswa SDN Pulo Gebang 06 dan 07.
Hari itu anak-anak tampak gembira melihat sekotak susu UHT dalam kemasan makanannya. Tiga hari sebelumnya tidak ada susu untuk siswa.
Menu makanan hari itu antara lain nasi putih dengan telur rebus dan tumis wortel. Juga dilengkapi dengan satu jeruk.
Menurut Catharina, sisa makanan siswa tersebut akan disimpan dalam wadah stainless steel untuk dikembalikan ke SPPG. Ia juga mengatakan, sampah yang dibuang siswa di sekolah kemungkinan besar hanya berupa kulit buah dan karton susu.
Soalnya, anak-anak kadang minum susu itu setelah makan atau saat mau pulang, kata Catharina.
Pada Jumat (10/1), paket sembako gelombang pertama ke SDN Pulo Gebang 06 dan 07 tiba sekitar pukul 08.30 WIB.
Menu makanan hari itu adalah nasi putih, ikan goreng, tumis wortel dan buncis, jeruk, dan sekotak susu. Namun susu yang didapat pada hari Jumat berbeda dengan hari sebelumnya.
Kali ini siswa diberikan susu ‘Gizzi’ rasa strawberry sebanyak 115 ml. Kandungan gula pada susu sebanyak 13 gram dengan jumlah kalori total 80 kkal per porsi.
Pada masa uji coba program makan gratis bergizi pada tahun 2024, susu dengan kandungan gula tinggi menuai kritik masyarakat. Salah satunya yang diluncurkan oleh Indonesia Strategic Development Initiative Center (CISDI).
CISDI menegaskan, kandungan gula pada susu yang diberikan dalam uji coba program pemberian makanan bergizi di Sentul, Bogor, saat itu mendekati batas asupan gula harian anak.
Setelah program MBG berjalan selama lima hari, pihak sekolah memberikan catatan mengenai waktu pengiriman paket sembako yang tidak terjadwal dengan rapi dan sering terlambat. Jadwal pengiriman di Kompleks SDN Pulo Gebang 06 dan 07 berubah setiap harinya.
Meski demikian, pimpinan kedua sekolah tersebut menilai proses pesan-antar makanan selama ini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Kami juga sedang mencari formula agar dapur dan sekolah mempunyai jadwal yang tepat agar pendistribusiannya tepat waktu kepada siswa,” kata Kepala SDN Pulogebang 06, Paranggi Rismoko.
Waktu antara waktu makan tidak pasti
Hal serupa juga terjadi di SMAN 11 Jakarta yang terletak di dekat SDN Pulo Gebang 06 dan 07. Paket sembako datang tidak menentu dan terkadang mengganggu proses belajar mengajar di sekolah.
“Cukup mengganggu proses belajar mengajar, minimal 15-20 menit,” kata salah satu guru SMAN 11.
Hal itu juga dikeluhkan salah satu siswa kelas 10 SMAN 11. Diakuinya, Rabu (8/1), paket makanan bergizi gratis datang terlambat dan membuatnya kesulitan pulang.
“Senin jam 12, Selasa jam 3 (15.00), harusnya kamu sudah di rumah, ini kamu [makanannya] baru sampai, Rabu jam 3 (15.00) juga,” ujarnya saat diwawancara.
Namun, ia merasa program tersebut cukup membantunya menyisihkan uang jajan untuk ditabung.
Pengalaman berbeda dialami siswa kelas 12 SMAN 11 Jakarta. Bahkan, mereka tidak mendapat paket sembako sama sekali. Sebab, makanan bergizi gratis hanya diberikan kepada siswa kelas 10 dan 11.
Salah satu siswa kelas 12 mengaku masih membawa bekal atau merogoh saku pribadinya untuk bekal. Bahkan di hari kelima pelaksanaan program, mereka belum bisa mendapatkan makanan bergizi secara gratis.
“Yang mendapat kelas 10 sama dengan 11,” kata salah satu siswa Kelas 12.
Data SPPG Pulo Gebang menunjukkan penerima program di SMAN 11 berjumlah 438 siswa. Pihak sekolah memastikan 438 penerima tersebut hanya mencakup siswa kelas 10 dan 11, belum termasuk siswa kelas 12.
Menurut pihak sekolah, kelas 12 tidak mendapatkan makanan gratis karena setiap SPPG dibatasi sekitar 3.500 penerima bantuan. Sedangkan SPPG Pulo Gebang sendiri melayani 3.496 siswa yang berarti kelebihan kapasitas.
Salah satu petugas SPPG Pulo Gebang mengaku keterbatasan jumlah mobil membuatnya sedikit kewalahan karena harus mengantarkan makanan ke banyak tempat. Hanya ada dua mobil operasional yang mengantarkan paket sembako ke 19 titik.
Dijelaskannya, penyampaiannya dibagi menjadi dua kelompok, yakni pagi dan sore hari. Pengiriman pagi hari, satu mobil bisa mengantarkan ke 7 sampai 10 titik.
Pengiriman paket dimulai sekitar pukul 07.00 WIB pagi dan selesai sekitar pukul 11.00 hingga 12.00 WIB. Sedangkan pengiriman rombongan malam dimulai sekitar pukul 13.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 15.30 WIB.
Jika mengacu pada jadwal pengiriman SPPG Pulo Gebang, pengiriman pada pagi hari seharusnya selesai sekitar pukul 09.30 WIB, sedangkan pengiriman pada sore hari harus dimulai sekitar pukul 10.00 WIB.
Pendistribusian paket di setiap sekolah juga memerlukan waktu yang berbeda-beda, tergantung jumlah penerima di sekolah tersebut.
Misalnya saja di SMPN 138 jumlah penerima bantuan sebanyak 1.049 siswa. Mendistribusikan makanan biasanya memakan waktu sekitar 20 hingga 30 menit.
Usai mengantarkan makanan, pekerjaan pengemudi SPPG Pulo Gebang juga belum selesai. Wadah makanan tersebut harus dibawa kembali ke sekolah untuk dikembalikan dan dicuci di kantor SPPG.
Menanggapi keterlambatan waktu pengiriman paket pangan ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana akan menilai. “Kami sedang mengevaluasi,” katanya.
(mnf/tsa)