Site icon Pahami

Berita Senjata Nuklir Tak Boleh Dikendalikan AI


Jakarta, Pahami.id

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping setuju senjata itu nuklir harus dikendalikan oleh manusia, bukan oleh kecerdasan buatan (AI).

Kesepakatan itu dicapai setelah Biden dan Xi Jinping bertemu pada pertemuan puncak Konferensi Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Lima, Peru, Sabtu (16/11) waktu setempat.

“Kedua pemimpin menekankan perlunya mempertahankan kendali manusia atas keputusan penggunaan senjata nuklir,” tulis pernyataan resmi Gedung Putih, seperti dilansir Reuters.


“Kedua pemimpin juga menekankan perlunya mempertimbangkan secara cermat potensi risiko dan mengembangkan teknologi AI di bidang militer secara bijaksana dan bertanggung jawab,” lanjut pernyataan tersebut.

Pernyataan Gedung Putih ini juga sejalan dengan pernyataan pemerintah China usai Xi Jinping dan Biden bertemu.

Belum jelas apakah akan ada diskusi lebih lanjut atau aksi bersama setelah pandangan ini disepakati. Namun kesamaan tersebut diyakini akan menjadi sebuah langkah maju bagi kedua negara dalam menangani permasalahan nuklir dan AI yang hingga saat ini belum menunjukkan kemajuan yang signifikan.

Mengenai senjata nuklir, Washington telah lama mendesak Beijing untuk mengakhiri non-kerjasama dalam perundingan nuklir.

Sementara terkait AI, Tiongkok dan Amerika Serikat pertama kali mengadakan pembicaraan bilateral pada Mei lalu di Jenewa. Namun pembicaraan tersebut diyakini tidak akan menyentuh isu penggunaan senjata nuklir.

Departemen Pertahanan AS memperkirakan tahun lalu bahwa Beijing memiliki 500 hulu ledak nuklir yang siap digunakan. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 1.000 hulu ledak pada tahun 2030.

Kapasitas Tiongkok masih di bawah Amerika Serikat dan Rusia yang masing-masing memiliki 1.770 dan 1.710 hulu ledak nuklir.

Pertemuan Joe Biden dan Xi Jinping di Lima juga tercatat sebagai pertemuan terakhir setelah Donald Trump memenangkan pemilu AS.

Pertemuan tersebut dibayangi oleh munculnya perang dagang baru dan gejolak diplomatik saat Trump memulai masa jabatan keduanya.

Kembalinya Trump ke kursi kepresidenan AS telah menimbulkan keraguan terhadap upaya Washington di Beijing untuk meredakan ketegangan hubungan antara kedua negara.

Gedung Putih mengatakan pertemuan Xi-Biden akan menandai kemajuan dalam hubungan antara Amerika Serikat dan Beijing. Namun, tujuan pertemuan tersebut juga untuk menavigasi masa transisi yang sulit dan memastikan bahwa persaingan dengan Tiongkok tidak mengarah pada konflik.

(frl/wis)


Exit mobile version