Site icon Pahami

Berita Saudi soal Netanyahu Ejek Negara Palestina: Pindahkan Israel ke Alaska


Jakarta, Pahami.id

Anggota Dewan Shura SaudiYousef bin Trad al-Saadoun, menanggapi ejekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menunjukkan bahwa negara Palestina didirikan di Arab Saudi.

Sebagai imbalannya, Al-Saadoun mendaftarkan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan Israel ke Alaska dan kemudian pindah ke Greenland setelah wilayah itu dilampirkan.


Menurut pendapatnya yang diterbitkan di surat kabar Saudi Okaz, dikutip dari Monitor Timur Tengah, Pada hari Jumat (9/2), Al-Saadoun mengkritik kebijakan Trump di Timur Tengah yang dianggap terburu-buru dan diabaikan nasihat ahli.

Dia juga menekankan bahwa “Zionis dan sekutu mereka” tidak akan berhasil menekan kepemimpinan Saudi melalui media dan gerakan politik.

Al-Saadoun menyatakan bahwa kebijakan luar negeri AS secara resmi mendukung pendudukan ilegal tanah dan pembersihan etnis, yang menurutnya adalah praktik Israel dan termasuk dalam kategori kejahatan kemanusiaan.

“Siapa pun yang memahami sejarah Israel akan menyadari bahwa rencana ini jelas dibuat dan disetujui oleh Zionis, kemudian diserahkan kepada sekutu mereka untuk pengumuman dari Gedung Putih,” tulisnya.

Selain itu, ia menekankan bahwa Saudi tidak akan terperangkap dalam tekanan politik dan propaganda media yang mencoba memanipulasi posisi pemerintah tentang masalah Palestina.

Meskipun Dewan Saudi Shura tidak memiliki otoritas hukum, agensi tersebut berfungsi sebagai lembaga konsultasi yang memberikan masukan kepada Raja tentang kebijakan dan hukum.

Pernyataan Al-Saadoun muncul sebagai tanggapan atas pernyataan Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Saluran 14 Israel pada hari Kamis (8/2).

Dalam wawancara, Netanyahu berkata, “Saudi dapat menciptakan negara Palestina di Arab Saudi, mereka memiliki banyak tanah di sana.”

Proposal itu muncul setelah Arab Saudi menegaskan bahwa mereka hanya akan menormalkan hubungan dengan Israel jika ada jalan yang jelas menuju pembentukan negara Palestina.

Pernyataan Netanyahu memicu kritik dari berbagai pihak, termasuk Palestina dan Mesir.

Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut proposal Netanyahu sebagai tindakan ras dan anti-perdamaian, serta pelanggaran terang-terangan dari kedaulatan dan stabilitas Saudi.

Hussein al-Sheikh, Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), menekankan bahwa Palestina hanya akan berdiri di Palestina, bukan di tempat lain.

Sementara itu, Mesir mengutuk pernyataan Netanyahu sebagai “tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima.”

Dikutip dari mata Timur Tengah, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pernyataan itu melanggar kedaulatan Saudi dan bertentangan dengan hukum internasional dan piagam PBB.

(CAN/BAC)



Exit mobile version