Jakarta, Pahami.id —
Arab SaudiUni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain termasuk di antara negara-negara Arab yang tidak mengutuk pembunuhan pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyah.
Keempat negara ini memilih untuk menggarisbawahi potensi eskalasi konflik, dibandingkan mengutuk serangan terhadap Haniyeh di Iran.
Dalam pernyataannya, Mesir menyatakan dampak pembunuhan dan pelanggaran kedaulatan negara dapat memicu konflik di kawasan.
Mesir tidak secara spesifik menyebut Haniyeh atau Iran sebagai lokasi pembunuhan Haniyeh.
Demikian pula, UEA juga hanya menyatakan bahwa mereka “memantau dengan cermat perkembangan regional” dan menyatakan keprihatinan mendalam atas ketegangan yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
UEA juga menekankan dampak konflik terhadap keamanan dan stabilitas kawasan.
UEA menekankan pentingnya menahan diri dan menghindari perluasan skala konflik.
Bahrain juga memperingatkan potensi peningkatan konflik di kawasan dan menyoroti kerentanan keamanan di Timur Tengah.
Dalam pernyataannya, Bahrain meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan komunitas internasional untuk mendukung upaya mencegah eskalasi lebih lanjut, seperti dikutip. Pemantau Timur Tengah.
Sementara itu, Arab Saudi belum mengeluarkan pernyataan resmi. Hanya ada laporan bahwa Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan berbicara kepada Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri bahwa Negara Minyak tersebut mengutuk pembunuhan Haniyeh.
Pangeran Faisal bin Farhan, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, juga mengutuk pembunuhan Haniyeh dan tindakan terhadap integritas wilayah Republik Islam Iran yang dilakukan rezim Zionis. Ia menilai situasi di kawasan itu kritis dan berbahaya. ,” situs web Kementerian Luar Negeri Iran mengutip ucapannya.
Faisal bin Farhan pun disebut terbuka untuk menggelar pertemuan dengan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) guna membahas masalah tersebut. Ia juga menekankan kelanjutan negosiasi antara Iran dan Arab Saudi.
Ismail Haniyeh meninggal dunia di kediamannya di Teheran, Iran, Rabu (31/7) dini hari.
Ia berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7).
Berdasarkan hasil penyelidikan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Haniyeh tewas terkena rudal. Rudal tersebut menargetkan kamar tempat Haniyeh menginap di sebuah wisma yang menerima tamu Iran.
Beberapa negara juga mengecam keras pembunuhan Haniyeh, termasuk Iran. Negara-negara tersebut antara lain Irak, Suriah, Aljazair, Yordania, Oman, Yaman, Kuwait, Tunisia, Turki, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Afghanistan, bahkan Tiongkok dan Rusia.
(blq/dna)