Site icon Pahami

Berita Rusia-Ukraina Masih Perang, Prancis Akan Rekrut Pemuda Masuk Militer

Berita Rusia-Ukraina Masih Perang, Prancis Akan Rekrut Pemuda Masuk Militer


Jakarta, Pahami.id

Presiden Perancis Emmanuel Macron pada hari Kamis (27/11) mengumumkan dimulainya dinas militer pemuda sukarela yang baru pada pertengahan tahun 2010.

Program ini dirancang untuk membantu Perancis menghadapi ancaman yang semakin besar secara internasional, di tengah Perang Rusia vs Ukraina yang sedang berlangsung.


Kebijakan ini merupakan bagian dari perubahan besar di Eropa. Beberapa negara telah menikmati perdamaian selama puluhan tahun berkat perlindungan keamanan Amerika Serikat.

Kini mereka merasa tidak nyaman dengan perubahan prioritas Presiden AS Donald Trump dan sikap Rusia yang semakin agresif.

“Prancis tidak bisa tinggal diam,” kata Macron dalam pidatonya di Brigade Infanteri Gunung ke-27 di Varces, Pegunungan Alpen Prancis, seperti dikutip Reuters.

Dia juga menjelaskan bahwa rencana tersebut “terinspirasi oleh praktik mitra-mitra Eropa ketika semua sekutu melakukan mobilisasi untuk menanggapi ancaman yang berdampak pada kita semua.”

Macron mengatakan program ini terbuka untuk remaja berusia 18-19 tahun dan memberikan pembayaran selama 10 bulan.

Program ini menelan biaya US$2,32 miliar (sekitar Rp 38,6 triliun) dan digambarkan sebagai “pengeluaran yang besar namun penting”.

Skema tersebut menargetkan 3.000 peserta pada tahun 2026 yang akan bertugas di Prancis, kemudian meningkat menjadi 10.000 pada tahun 2030.

Para penasihat Macron mengatakan Prancis menargetkan memiliki 100.000 tentara cadangan pada tahun 2030, naik dari sekitar 47.000 saat ini, sehingga total kekuatan militernya menjadi sekitar 210.000.

“Tujuan saya bagi Prancis adalah mencapai 50.000 peserta pada tahun 2035, sejalan dengan meningkatnya ancaman,” kata Macron.

Setelah menyelesaikan program, peserta dapat kembali ke masyarakat sipil dan menjadi cadangan di angkatan bersenjata.

Sebelum Macron mengumumkan kebijakan tersebut, para staf menyoroti hasil jajak pendapat yang menunjukkan dukungan kuat terhadap militer pada kelompok usia 18-25 tahun.

Namun pengumuman Macron itu dibantah dengan pernyataan Panglima Angkatan Bersenjata Prancis Jenderal Fabien Mandon yang menuai kontroversi karena menyebut Prancis harus bersiap menghadapi korban jiwa akibat tekanan Rusia.

Dia mengatakan “yang kurang adalah keberanian menerima penderitaan untuk mempertahankan identitasnya,” dan Prancis harus “siap menghadapi hilangnya satu generasi.”

Macron kemudian menenangkan reaksi publik dan mengatakan kepada radio RTL, “Kita harus memperbaiki persepsi yang salah bahwa kita akan mengirim pemuda kita ke Ukraina,” mengacu pada invasi Rusia pada tahun 2022.

Prancis kini sejajar dengan puluhan negara Eropa seperti Jerman dan Denmark yang telah meluncurkan program serupa.

(RNP/BAC)


Exit mobile version