Jakarta, Pahami.id —
Kepala Departemen Psikiatri RS Cipto Mangunkusumo (RSCMKristiana Siste mengatakan, mayoritas pasien kecanduan judi online yang dirawat di rumah sakit tersebut bukan merupakan pengangguran, melainkan bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga.
“Kebanyakan mereka bukan pengangguran, saya bilang begitu. Malah sebagian besar bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga,” kata Siste di RSCM, Jakarta, Jumat (15/11).
Di RSCM, 46 pasien dirawat selama tahun 2024 karena kecanduan judi online. Jumlah itu meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023.
Pada periode yang sama, terdapat sekitar 126 pasien rawat jalan. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2023.
Mayoritas pasien judi online di RSCM adalah laki-laki dengan usia produktif 18 hingga 35 tahun.
Jadi sekitar 18 sampai 35 tahun yang datang. Ada anak-anak sekitar remaja, 14 tahun, 17 tahun, 18 tahun, tapi kebanyakan yang datang berumur 18 sampai 35 tahun, ”ujarnya.
Ia menjelaskan, penanganan pasien kecanduan judi online harus komprehensif. kata saudari itu
Karena ada kerusakan otak, pengobatannya melibatkan pengobatan untuk mengurangi keinginan berjudi.
Kemudian karena adanya pemikiran yang salah dan tidak terkendali mengenai perjudian maka dilakukan psikoterapi yaitu terapi perilaku kognitif.
“Dan karena ada kerusakan pada otak bagian depan sehingga tidak bisa mengontrol perilaku, maka ada modalitas terapi baru yang disebut stimulasi transmagnetik. Jadi dikirimkan gelombang elektromagnetik yang dapat mengaktifkan sistem penghentian di otak bagian depan. , sehingga orang tersebut bisa mengontrol perilakunya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, 70 persen pasien yang menjalani perawatan di RSCM sudah menghentikan aktivitas perjudian online.
“Sekitar 70 persen sudah tidak lagi berjudi, tapi kecanduan artinya ada masa kambuh, jadi perlu follow up 3 bulan setelah pengobatan. Itu yang belum kita lakukan,” ujarnya.
(kamu/ugo)