Jakarta, Pahami.id —
Ulasan mendalam Jepang menunjukkan sekitar 60 persen suami istri di negeri ini tidak melakukan hubungan seksual. Fenomena ini menjelaskandepresi seksual‘ di Jepang menjadi semakin nyata.
Survei yang dilakukan biro desain web dan periklanan internet Raison d’Etre menunjukkan bahwa 43,9 persen responden yang sudah menikah jarang berhubungan seks.
Sebanyak 24,3 persen pasangan suami istri hampir tidak pernah melakukan hubungan seksual.
“Oleh karena itu, total 68,2 responden sedikit atau bahkan tidak melakukan kontak seksual sama sekali,” demikian dikutip survei lembaga tersebut. JepangJanuari lalu.
Survei dilakukan terhadap 4.000 orang yang sudah menikah. Usia mereka berkisar antara 20-an hingga 40-an, dengan 500 responden di setiap kelompok umur.
Berdasarkan usia dan jenis kelamin, 51 persen wanita menikah berusia 20-an tahun tidak tertarik atau hampir tidak ingin berhubungan seks.
Lalu, 67,8 persen perempuan yang menikah di usia 30an juga mengalami fenomena serupa.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 39,2 persen perempuan menikah berusia 30-an tahun belum pernah berhubungan seks sama sekali.
Di antara laki-laki menikah berusia 20-an tahun, 53,4 persen jarang melakukan hubungan seks, dan di usia 30-an tahun, 71,4 persen menyandang disabilitas.
Survei tersebut juga menemukan bahwa 41,8 persen pria berusia 30-an sudah menikah dan tidak melakukan hubungan seks.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Keluarga Berencana Jepang (JPFA) mengungkap alasan pasangan suami istri di negara ini jarang melakukan hubungan seksual.
JPFA melakukan survei serupa pada tahun 2004. Hasilnya, 22,3 persen perempuan di Jepang tidak melakukan hubungan seks karena dianggap “mengganggu”.
Mereka juga menemukan bahwa lebih dari 20 persen wanita tidak ingin melakukan hubungan seksual setelah melahirkan.
Selain itu, survei menemukan 17,4 persen responden mengaku terlalu lelah untuk bekerja, 8,2 persen tidak lagi menganggap suami sebagai pasangan seksual melainkan sebagai keluarga.
Baru-baru ini, Jepang mengalami ‘depresi seksual’ akibat menurunnya angka pernikahan dan kelahiran.
Pada tahun 2022, Jepang mencatat angka kelahiran kurang dari 800.000. Jumlah ini merupakan yang terendah sejak dimulainya pencatatan kelahiran.
Pemerintah Jepang bahkan menggelontorkan dana sebesar US$ 25 miliar atau Rp 370 triliun untuk mengatasi penurunan angka kelahiran.
Dana tersebut akan diberikan dalam bentuk subsidi yang mencakup biaya pendidikan, perawatan kehamilan, dan cuti melahirkan. Di sisi lain, Jepang memiliki populasi lansia terbesar kedua di dunia.
(isa/dna)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);