Jakarta, Pahami.id –
Kerajaan Qatar mengklaim membujuk kelompok perlawanan PalestinaHamas, menyetujui presiden Amerika Serikat Amerika Serikat Donald Trump Untuk gencatan senjata permanen di Gaza Strip.
Trump berisi yang diusulkan untuk mengakhiri invasi Israel ke Jalur Gaza. Proposal tersebut segera disetujui oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai 20 masalah penting.
Negara -negara Arab termasuk Qatar dan Arab Saudi segera menyetujui rencana Trump setelah beberapa sekutu AS di Eropa setuju.
Arab Sky Sport kemudian dilaporkan seperti dikutip Posting YerusalemQatar bersama -sama dengan beberapa negara Arab lainnya yang menyatakan bahwa “dapat membujuk Hamas untuk menyetujui perjanjian termasuk demiliterisasi atau pelepasan senjata.”
Sebuah sumber Posting Yerusalem mengatakan bahwa perwakilan Qatar berada di Washington selama pertemuan Trump dan Netanyahu.
Delegasi dari Qatar dirancang untuk berpartisipasi dalam membahas negosiasi perjanjian.
Selama pertemuan dengan Trump, Netanyahu dilaporkan telah memanggil Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al Thani.
Gedung Putih kemudian mengklaim bahwa Netanyahu menyampaikan permintaan maaf kepada Mohammed Al Thani atas serangan Israel terhadap Doha untuk menargetkan para pemimpin Hamas.
“Sebagai langkah pertama, Perdana Menteri Netanyahu menyatakan penyesalannya yang mendalam bahwa serangan rudal Israel terhadap Hamas di Qatar dan secara tidak sengaja membunuh seorang prajurit Qatar,” kata Gedung Putih.
“Dia kemudian menyatakan penyesalannya dengan menargetkan para pemimpin Hamas selama negosiasi sandera, Israel telah melanggar kedaulatan Qatar dan bersikeras bahwa Israel tidak akan lagi menyerang serangan itu di masa depan,” kata pernyataan itu.
Permintaan maaf Netanyahu disebut sebagai prasyarat bagi Qatar untuk melanjutkan negosiasi untuk rilis Hamas dan gencatan senjata di Gaza.
Penasihat Qatar mengunjungi Gedung Putih sebelum pertemuan antara Trump dan Netanyahu, berdasarkan informasi dari dua sumber yang menyadari masalah ini dengan CNN.
Uni Emirat Arab juga meminta Netanhau untuk menerima proposal perdamaian di Gaza dan membatalkan rencana perekrutan di Tepi Barat, berdasarkan informasi dari sumber ke Reuters.
(BAC)