Site icon Pahami

Berita Program MBG Sebaiknya Dikelola Kantin Sekolah

Berita Program MBG Sebaiknya Dikelola Kantin Sekolah


Yogyakarta, Pahami.id

Profesor Departemen Manajemen Feb UgmAgus Sartono percaya implementasi program Makan gratis gratis (MBG) Adalah baik untuk tunduk langsung ke kafetaria masing -masing sekolah.

Agus melihat bahwa program MBG, yang sebenarnya dimaksudkan untuk bangsawan 10 bulan, masih berwarna begitu banyak kasus keracunan makanan. Belum lagi praktik perburuan sewa di balik implementasinya.

“Tantangannya diimplementasikan, masalahnya tidak muncul dalam ide -ide besar, tetapi di Mekanisme pengiriman Jadi akhirnya ada pandangan negatif dan berbagai kasus keracunan muncul, “kata Agus dalam sebuah pernyataan, baru -baru ini.


Dia melanjutkan, jika dilihat dari target ada setidaknya 28,2 juta siswa primer/MI, 13,4 juta siswa SMP/MTS, 12,2 juta siswa SMK/MA/SMA, dan SLB/SLB 2,3 juta siswa atau sekitar 55,1 juta penerima manfaat dari siswa yang akan dikirim. Semua tersebar di 329 ribu unit pendidikan, dan mengecualikan lebih dari 20 ribu sekolah asrama.

Dengan perkiraan RP. 15 ribu per siswa, Agus mengatakan anggaran RP247,95 triliun diperlukan, melebihi 2025 dana desa RP71 triliun. Meskipun anggaran pendidikan telah ditransfer ke wilayah tahun ini adalah RP347 triliun, jadi ada dana Rp665,95 triliun untuk diputar di daerah tersebut.

“Jumlahnya sangat besar, dan diharapkan untuk meningkatkan penggunaan dan pengungkit pada pertumbuhan ekonomi. Tetapi kembali ke pertanyaan awal program MBG, masalah muncul Mekanisme pengiriman“Dia berkata.

Agus mengatakan bahwa banyak program dan pangkalan telah diarahkan agar siswa dan masyarakat tidak dapat, jenis operasi sekolah (bos), kartu pintar Indonesia (KIP), Program Keluarga Hope (PKH) dan bantuan sosial atau bantuan sosial. Program -program ini telah menargetkan setidaknya 20 persen dalam keluarga miskin.

Dia melanjutkan bahwa distribusi bos pada tahun 2010 memiliki masalah dan akhirnya didistribusikan ke unit pendidikan. Bos diberikan kepada sekolah/madrasas/unit pendidikan berdasarkan ukuran siswa.

Pertanyaan Agus, mengapa MBG tidak menggunakan mekanisme yang ada. Faktanya, undang -undang No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah telah mengatur bahwa pendidikan adalah kekuatan simultan dan regional, di mana distrik/kota mengelola sekolah dasar/junior, bidang yang mengelola sekolah kejuruan/menengah dan pendidikan berbasis agama masih berada di bawah Kementerian Agama.

Oleh karena itu, Agus percaya bahwa yang terbaik adalah wilayah tersebut untuk diizinkan oleh Badan Hukum dan Nutrisi Nasional (BGN) pemantauan. Dia percaya fasilitas koordinasi dan tingkat keberhasilan akan jauh lebih baik melalui pemerintah daerah dan pemberdayaan.

Pemerintah federal, kata Agus, dapat belajar dari praktik tersebut oleh negara -negara maju yang meluncurkan program seperti MBG melalui kafetaria sekolah. Baginya, metode ini lebih baik daripada sistem yang digunakan dalam implementasi MBG saat ini.

Menurutnya, melalui kafetaria sekolah, makanan akan diletakkan segar, dan menghindari makanan basi. Dengan skala yang relatif kecil dan lebih terkontrol, ini harus dilakukan di Indonesia. “Saya pikir sekolah dengan komite sekolah dapat mengelolanya dengan baik,” katanya.

Jika skema diimplementasikan, persyaratan bahan baku dapat dipenuhi dari UMKM di sekitar sekolah. Artinya, ini menciptakan sirkulasi ekonomi yang baik. Penyediaan RP Dana Penuh. 15 ribu rupee per porsi bisa utuh untuk perut siswa. Bukan hanya RP. 7 ribu per makan yang telah terjadi sejauh ini.

Agus juga mengungkapkan alternatif lain, dana mana yang dapat diberikan secara tunai kepada siswa, dan melibatkan orang tua untuk menghabiskan dan menyediakan untuk putra dan putri mereka. Anda hanya perlu mengatur pedoman teknis saat menonton. Demikian pula, guru memperingatkan siswa yang tidak membawa ke sekolah.

“Jika selama sebulan tidak membawa, Anda dapat menghubungi orang tuanya, dan jika masih berhenti. Dengan cara ini saya pikir tidak hanya untuk mengatasi pemburu sewa, tetapi juga diyakini lebih efektif.

Agus mengatakan masalah keracunan MBG kemudian terdeteksi oleh panjang rantai distribusi. Distribusi MBG melalui Unit Pendidikan Implementasi Nutrisi (SPPG) dianggap bermanfaat bagi pengusaha besar yang dapat terlibat dalam program mulia ini.

Sedih untuk agus jika unit biaya RP. 15 ribu per porsi setiap anak akhirnya disunat dan hanya RP yang tersisa. 7 ribu. Program nutrisi gratis dapat menjadi “pengkhianatan gratis” untuk pengusaha besar karena mereka mendapat untung besar dalam ‘gratis’.

Dia menjelaskan bahwa jika margin per bagian diambil oleh Rp2 ribu dan satu SPPG melayani 3 ribu porsi, maka satu bulan laba yang diperoleh adalah Rp150 juta atau Rp1,8 miliar rupiah setahun. Margin Nasional RP2 Ribuan Rp. 15 ribu atau sekitar 13 persen adalah jumlah yang sangat besar.

Oleh karena itu, implementasi MBG dengan memberikan uang tunai kepada siswa akan dapat menekan dan menghilangkan kebocoran atau laba RP33.3 triliun persewaan.

“Saya pikir ini belum terlambat, dan undangan saya adalah mempersingkat rantai distribusi MBG menjadi lebih efektif dan untuk menghilangkan cara kotor untuk berburu sewa. Buat MBG benar -benar makan nutrisi gratis untuk siswa,” katanya.

(kum/gil)



Exit mobile version