Jakarta, Pahami.id –
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Menyinggung kasus korupsi yang diduga menyediakan fasilitas kredit dari perbankan ke Pt Sritex Selama agenda pembukaan logo dan nama baru Bank DKI Menjadi bank Jakarta.
Pramono mengatakan logo dan nama baru Jakarta Bank diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan diri.
“Saya benar -benar bermaksud untuk memperbaruinya, meningkatkan akarnya, dan tidak dapat diulang sampai peristiwa yang terjadi di Sritex.
Oleh karena itu, Pramono meminta semua peringkat bank Jakarta terus -menerus membuat penilaian yang cermat dalam membuat keputusan.
“Periksa dan saldo Menjadi kata kunci, jadi memutuskan sesuatu harus bijaksana. Harus yakin. Itu tidak dapat dilakukan karena lobi dan sebagainya, “katanya.
Selain itu, Pramono sekali lagi mengingatkan semua peringkat Jakarta Bank untuk bekerja secara profesional dan transparan.
“Sebelum pejabat Jakarta Bank akan dibesarkan, saya kembali memperhatikan, merespons dengan profesionalisme, kerja keras, transparansi,” katanya.
Kasus korupsi yang diduga memberikan fasilitas kredit bank kepada Pt Sritex telah menyeret Direktur Presiden DKI Bank untuk 2020 Zainuddin Mappa sebagai tersangka. Dia dinobatkan sebagai tersangka bersama mantan direktur pelaksana PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto dan Bijer BJB 2020 Bijer Corporation dan Dicky Syahbandinata.
Tersangka masa lalu bahwa kredit untuk PT Sritex dilakukan atas undang -undang dan menyebabkan kerugian finansial negara sebesar Rp692,9 miliar dari total Rp3,5 triliun tagihan.
Direktur Investigasi Jaksa Agung dari Undang -Undang Kejahatan Khusus Abdul Qohar mengatakan kerugian negara dalam kasus tersebut mencapai Rp692 miliar.
Qohar mengatakan nilai kerugian sesuai dengan jumlah kredit dari bank DKI dan bank BJB yang harus digunakan sebagai modal kerja. Dia menjelaskan bahwa uang kredit yang akan digunakan untuk modal kerja sebenarnya digunakan untuk melunasi hutang dan membeli aset yang tidak produktif.
“Itu tidak sesuai dengan nominasi yang tepat, yang merupakan modal modal tetapi disalahgunakan untuk melunasi hutang dan membeli aset yang tidak produktif,” katanya.
(Dis/wis)