Site icon Pahami

Berita Prabowo Tak Hadir di ASEAN Day ke-58, Diwakili Menlu Sugiono

Berita Prabowo Tak Hadir di ASEAN Day ke-58, Diwakili Menlu Sugiono


Jakarta, Pahami.id

Presiden Prabowo Subianto Tidak menghadiri peringatan Asean 58 atau hari ASEAN di Sekretariat ASEAN, Jakarta, hari ini, Jumat (8/8). Dia diwakili oleh menteri luar negeri Sugiono.

Ketika dia memberikan pidato di acara itu, Sukiono menyampaikan permintaan maaf karena Prabowo tidak bisa hadir.


“Pertama dan terutama saya ingin menyampaikan penyesalan Presiden Prabowo Subianto karena tidak dapat hadir di sini bersama kami dalam perayaan Hari ke -58,” kata Suaono.

Komite Hari ASEAN ke -58 sebelumnya mengundang Prabowo untuk menghadiri acara tersebut. Namun, ia tidak dapat menghadiri dan menunjuk Suaono untuk menggantinya.

Dalam pidatonya, Sugiono mengacu pada pendirian ASEAN. Menurutnya, organisasi itu lahir dalam situasi sulit selama Perang Dingin.

“Dan kemudian dari awal yang sederhana, ASEAN telah menjadi keluarga sepuluh negara, dan akan sebelas ketika Timor-Leste bergabung,” katanya.

ASEAN, SUGIONO yang sedang berlangsung, sekarang menjadi pusat integrasi regional, rantai pasokan, dan penstabil sejati di wilayah tersebut. Dengan lebih dari 675 juta populasi dan produk domestik bruto (PDB) hampir US $ 4 triliun, wilayah ini adalah ekonomi terbesar kelima di dunia.

Namun, pencapaian ini tidak berarti apa -apa jika negara -negara anggota ASEAN tidak bersatu. Dia kemudian mendesak semua anggota untuk mempertahankan prinsip -prinsip yang telah menjadi pedoman bagi organisasi.

Negara -negara anggota ASEAN, katanya, harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang ada dengan memperkuat kerja sama ekonomi regional, transformasi digital, dan mengatasi ancaman transnasional perdagangan manusia.

“Semua ini tidak akan terjadi tanpa Asean United,” kata Sgiono.

Pada waktu itu, Menteri Luar Negeri Indonesia juga mengingatkan visi Adam Malik, salah satu pendiri ASEAN, yang mengatakan organisasi tersebut harus mandiri, dan bebas dari paksaan eksternal di tengah persaingan dalam melanggar ekonomi global dan merusak undang -undang internasional.

Untuk menangani hal ini, ia melanjutkan, ASEAN harus memperkuat tekad untuk tetap netral dan dapat diandalkan, daripada dibagi dan dibagi.

(Isa/DNA/BAC)


Exit mobile version