Jakarta, Pahami.id –
Demonstrasi tenaga kerja memperingati Hari Buruh atau Hari Mei di Kota Semarang diwarnai oleh kekacauan. Beberapa orang juga dijamin oleh pihak berwenang.
Demonstrasi tenaga kerja yang dihadiri oleh berbagai koalisi tenaga kerja pada awalnya lancar. Kemudian, sekitar 16:25 WIB, tampaknya massa hitam berpakaian dan mengenakan topeng yang mencoba memasuki gubernur Jawa Tengah.
Belum lama ini, ada kerusuhan antara kelompok kulit hitam dan polisi. Kelompok itu kemudian merusak pagar tanaman yang terletak di Hero Road, Desa Mugatsari, Distrik Semarang Selatan.
Meluncurkan KeduaPetugas polisi melepas kelompok itu dengan pakaian hitam di kantor gubernur Jawa Tengah. Kelompok itu kemudian terlihat membakar beberapa bagian pagar tanaman.
Sekitar pukul 17:30, kerusuhan dimulai, dan staf Brimob turun tangan untuk menghilangkan gas air mata. Kemudian datang suara petasan dari sisi kelompok hitam.
Pada saat yang sama, beberapa pengunjuk rasa juga diseret oleh pihak berwenang ke Kantor Layanan Sosial Java Tengah. Salah satu siswa yang berhasil keluar dari kepala sedang berdarah di kepala dan menderita cedera di tangannya.
“Mereka ingin memenangkan ponsel saya, saya menyimpannya,” kata siswa itu.
Sementara itu, polisi mulai menyikat area demonstrasi di sekitar kantor gubernur Java pusat ke kampus universitas Diponegoro Pleburi. Lusinan staf menggunakan sepeda motor sampai brigade seluler tersebar.
Tindakan itu kemudian pecah sekitar pukul 18:00.
Kepala Komisaris Hubungan Masyarakat Polisi Distrik Jawa Arianto mengatakan partainya memiliki puluhan orang. Menurutnya, itu harus dilakukan untuk menjaga perayaan Hari Buruh terorganisir.
“Serikat pekerja dan pekerja telah menyatakan aspirasi mereka dan telah diterima oleh gubernur, terima kasih Tuhan, itu berjalan lancar. Namun, di balik ini, semuanya ternyata adalah kelompok lain, kelompok Anarko yang bergabung dengan kelompok siswa lain yang mengadakan demonstrasi anarkis,” kata Arianto.
Dia mengatakan kelompok itu membakar, melepas petugas, sampai dibubarkan dengan ditolak. Dia mengatakan itu cocok dengan polisi SOP.
“Syukurlah, kami berhasil membubarkan tindakan dan tindakan kegiatan Anarko,” katanya.
Dia mengklaim bahwa beberapa orang dijamin. Namun, tidak tahu berapa banyak orang yang dibawa ke Semarang Polrestabes.
“Ada beberapa orang dari Anarko bahwa kami aman karena mereka adalah provokator, kami melakukan keselamatan atau penangkapan karena orang tersebut telah menjadi provokator,” katanya.
Komisaris Kepala Polisi Semarang M Syahduddi juga mengkonfirmasi insiden itu. Dia memastikan stafnya menolak masyarakat untuk mempertahankan situasi yang kondusif.
“Kami telah membantu dan membubarkan dengan kendaraan dekomposisi massal dan pada saat ini kondusif, kami menolak publik dan telah bubar,” katanya.
Wartawan ditangkap
Syahduddi mengklaim bahwa dia tidak tahu jumlah orang yang dijamin. Dia juga mengaku tidak menyadari apakah ada laporan tentang penangkapan dua wartawan yang ditangkap oleh polisi ketika mereka termasuk Hari Buruh.
Satu wartawan yang ditangkap adalah Jamal Abdun Nashr, jurnalis tempo, dan yang lain dikatakan berasal dari surat kabar mahasiswa.
“Saya tidak melihatnya, kami akan memeriksa nanti, kami menjelajahi lagi. Saya tidak tahu, saya tidak tahu, yang jelas adalah bahwa siswa dijamin,” katanya.
Jamal, yang dijamin oleh polisi, mengatakan petugas itu menghapus video yang ia rekam. Pada saat itu, Jamal mengaku telah mendokumentasikan proses penangkapan oleh otoritas siswa.
“Sebelumnya, polisi menangkap beberapa orang, karena menurut cara untuk menangkapnya kurang tidak manusiawi, ditarik, saya memiliki kesempatan untuk mendokumentasikan. Seperti biasa jika didokumentasikan, saya akhirnya ditarik,” kata Jamal.
“Setelah itu, ponsel saya diminta, diminta untuk menghapus video. Ketika saya melihat di ponsel saya, tidak ada file video,” katanya.
Jamal mengaku menggunakan kartu pers ketika menutup aksi Hari Buruh dan ditunjukkan kepada polisi. Namun, ia masih dibawa ke kantor Urusan Sosial Jawa Tengah.
“Saya ditarik, digulung, terus tergelincir, sekitar satu menit, bisa keluar ketika jurnalis terus membantu,” kata Jamal.
“Saya memiliki kesempatan untuk melihat ID koran, saya bilang saya adalah seorang reporter, mereka mengatakan apa yang mereka lakukan?
Menyangkal anarko
Sementara itu, seorang pengacara publik dari Semarang Legal Assistance Institute (LBH) M Safali mengatakan ada sekitar 18 siswa yang dijamin oleh polisi dalam demonstrasi kali ini.
“Ada penembakan gas air mata dan meriam air yang dilakukan oleh polisi.
Selain itu, beberapa siswa dilarikan ke rumah sakit terdekat. Selain itu, pengunjuk rasa juga dibawa oleh polisi dan keberadaan mereka tidak diketahui.
“Jadi kami dari LBH Semarang diundang ke persatuan, diundang untuk berusaha membantu hukum untuk berteman sesegera mungkin untuk dibebaskan malam ini,” kata Safali.
“Tuduhan bahwa Anarko tidak benar.
(DMI/DMI)