Site icon Pahami

Berita Poin-poin ‘Panas’ Bobby vs Edy Rahmayadi di Debat Pilgub Sumut

Jakarta, Pahami.id

Debat pertama mempertemukan pasangan nomor 1 Bobby Nasution-Surya dan pasangan nomor 2 Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Sagala Pemilihan Gubernur Sumut 2024 digelar di Hotel Mercure Medan, Rabu (30/10) sore.

Tema yang diangkat pada debat perdana Sumut kali ini adalah tentang pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Panelis debat kali ini berjumlah sembilan orang yakni Nispul Khair, Hatta Ridho, Dadang Darmawan Pasaribu, Hisarma Saragih, Mahmul Siregar, Moammar Andar Roemare Siregar, Hasan Sazali, Mujahiddin, dan Zakaria Siregar.


Pasangan Bobby-Surya didukung 10 parpol antara lain Gerindra, Golkar, Demokrat, PKS, PAN, PKB, PSI, PPP, NasDem, dan Perindo.

Bobby merupakan mantan Wali Kota Medan dan menantu mantan Presiden Joko Widodo, sedangkan Surya merupakan mantan Bupati Asahan.

Sedangkan pasangan Edy-Sagala didukung PDI-Perjuangan, Parti Gelora, Parti Hanura, Parti Ummat, Parti Buruh, dan Parti Kebangkitan Nusantara (PKN).

Berikut poin-poin yang menjadi sorotan pada debat pertama Pilkada Sumut yang telah dirangkum CNNIndonesia.com:

Waktu hampir habis untuk menjelaskan visi dan misi

Dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumut kehabisan waktu saat memaparkan visi dan misinya pada debat perdana.

Pada awalnya masing-masing pasangan calon diberi waktu 3 menit untuk menjelaskan visi dan misinya. Bobby Nasution membuka pemaparan visi dan misi. Dengan sisa waktu 30 detik, dia menyerahkannya kepada Wakil Gubernur Surya untuk melanjutkan. Surya melanjutkan hingga waktu habis.

“Memastikan pelayanan yang diberikan ramah terhadap…,” kata Surya.

“Waktunya sudah habis, terima kasih,” kata moderator. Surya kembali melanjutkan visi dan misinya.

Setelah itu, Edy Rahmayadi pun kehabisan waktu untuk menyampaikan visi dan misinya.

“Mengelola pemerintahan,” kata Edy.

“Waktunya sudah habis, terima kasih pak,” ucap moderator.

Jawab masing-masing angka pendaftaran sekolah menengah asli

Edy Rahmayadi dan Bobby Nasuton saling menjawab soal langkah peningkatan angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah di Sumut yang masih rendah.

Edy menuturkan, selama menjabat Gubernur Sumut, dirinya telah membangun 24 sekolah menengah dan kejuruan. Dia mengatakan, anggaran pendidikan juga diprioritaskan dalam APBD.

“Prioritas APBD kita 20 persen, dari 20 persen itu kita hentikan karena memfokuskan kembali covidSaya hanya bisa menyekolahkan 24 SMA/SMK. “APM ini penting sekali, mulai tahun 2022 naik 0,68 persen meski hanya kecil,” kata Edy.

Pernyataan Edy kemudian ditanggapi Bobby Nasution. Ia mengatakan, ada dua persoalan terkait rendahnya PPN untuk sekolah menengah, antara lain persoalan ‘penawaran harga’ atau retribusi bagi siswa.

“SMP paling bawah kalau boleh saya kasih informasi, ada dua permasalahan yang kita hadapi di bidang ini. Pertama ekonomi karena ada kuota, biaya untuk anak SMP dan SMK. SMA, itu sudah menjadi hal yang lumrah, “Saya akan tetap bekerja,” kata Bobby.

Edy menanggapi pernyataan Bobby. Katanya, pertanyaan itu berkaitan dengan APM, bukan ‘kutipan’ kepada mahasiswa

“Yang ditanyakan nomor masuknya, bukan sitasinya, pelanggarannya. Kalau tahu ada sitasi kenapa tidak dilaporkan?” kata Edi.

Bobby mendapat dukungan dari pendukung Edy

Pendukung pasangan Edy Rahmayadi – Hasan Basri Sagala terus meneriakkan sindiran terhadap pasangan Bobby Nasution – Surya saat debat pertama Pilgub Sumut.

Momen itu terjadi ketika giliran Bobby Nasution menjawab persoalan minimnya sebaran dokter spesialis di daerah. Kemudian pendukung Edy Rahmayadi langsung bersorak untuk Bobby Nasution – Surya.

“Cerut…… Cemberut…. Blok Medan….Lapangan kebanjiran,” teriak pendukung Edy menanggapinya.

Mendengar sorakan tersebut, Bobby Nasution terdiam cukup lama. Moderator debat harus menenangkan para pendukung yang saling berteriak.

Bobby kemudian menyinggung soal tata tertib pendukung dalam debat tersebut.

Saya kira di sini harus ada aturan yang harus dipatuhi, kata Bobby.

Bobby meminta Edy membeli tanah Field Club

Bobby pun mempertanyakan Edy Rahmayadi terkait kebijakan pembelian tanah Klub Medan saat menjabat Gubernur Sumut.

Bobby mengatakan Sumut harus bisa menemui UHC, seperti halnya Kota Medan.

UHC atau Universal Health Coverage merupakan konsep pembangunan kesehatan global yang menjamin setiap individu mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang adil, komprehensif dan berkualitas tanpa adanya hambatan finansial.

“Kami kira Sumut sebenarnya bisa mendapatkan UHC, tapi kenapa dulu memilih membeli Medan Club yang harganya lebih dari Rp 400 miliar, padahal masyarakat kita bahkan tidak bisa berobat dengan menggunakan kartu identitas, itu tidak gratis. “Polisi.

“Mengapa Anda memilih untuk membelinya daripada membebaskan kesehatan masyarakat?” Bobby menambahkan.

Edy keberatan dengan penggunaan singkatan yang dilakukan Bobby

Edy Rahmayadi pun keberatan dengan penggunaan singkatan Bobby dalam pertanyaannya.

“Tadi moderator bilang, kalau ada singkatannya, perlu diperpanjang dan diterjemahkan. UHC Universal Health Care, itu yang dibanggakan masyarakat, dengan kartu identitas bisa berobat, itu tidak masalah. Itu (UHC ) merupakan aplikasi nasional untuk mengatasi BPJS yang belum mampu menyelesaikan permasalahannya,” kata Edy.

Pernyataan Edy pun ditanggapi Bobby dengan kembali menyinggung pembelian Kelab Medan. Ia pun mengoreksi pernyataan Edy terkait UHC.

“Padahal C sudah minta maaf, itu tidak masalah, tapi liputannya. Yang saya tanyakan kenapa dia memilih membeli aset Rp 400 miliar hanya untuk menambah luas kantor gubernur dibandingkan memberikan uang agar masyarakat bisa berobat? ” kata Bobby.

2 Wakil Gubernur saling serang karena kondisi jalan

Dua calon wakil gubernur Sumut juga terlihat saling serang di jalan rusak pada debat pertama Pilgub Sumut 2024.

Awalnya, anggota dewan nomor urut 2 Hasan Basri menanyakan soal jalan rusak di Kabupaten Asahan, dimana anggota dewan nomor 2 Surya pernah menjabat sebagai Bupati di daerah tersebut.

“Kemarin saya datang dari Asahan, masyarakat menanyakan masalah jalan dekat kantor bupati, 4 km dari kantor jalan masih rusak, masih banyak berlubang,” kata Hasan.

Menurutnya, masyarakat membutuhkan jalan tersebut untuk beraktivitas. Hasan kemudian menegaskan, jalan yang dimaksud adalah jalan kabupaten.

“Sedangkan masyarakat membutuhkan jalan menuju SMA ini agar bagus, agar ketika ke SMA tidak kebanjiran dan pakaiannya kotor. Bagaimana pendapat Anda mengenai permasalahan di Asahan ini?” kata Hasan.

Surya lalu menjawab pertanyaan itu. Diakuinya, jalan di Asahan memang ada yang rusak, namun banyak juga jalan yang bagus. Di Asahan terdapat jalan yang menjadi kewenangan Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah pusat.

Surya kemudian menyinggung peran Gubernur Sumut Edy Rahmayadi yang merupakan wakil pemerintah pusat di daerah. Menurut Surya, jalan negara di daerah lain kondisinya baik, berbeda dengan jalan di Sumut.

“Kenapa Aceh lebih bagus, Sumbar bagus, Sumut jalan negaranya jelek, untuk apa ini? Pemda tidak punya akses ke pemerintah pusat?” tanya Surya.

Menjawab hal itu, Hasan menegaskan, jalan rusak yang dimaksud adalah jalan kabupaten.

“Saya tanya kewenangan Bapak. Saya tidak mungkin menanyakan permasalahannya kalau itu kewenangan provinsi,” kata Hasan.


Exit mobile version