Jakarta, Pahami.id —
pesawat terbang Israel menyebarkan selebaran ke daerah tersebut selatan Gaza yang memperlihatkan gambar tewasnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Sabtu (19/10).
Dalam selebaran tersebut, terdapat pernyataan Netanyahu di hari meninggalnya Yahya Sinwar, Kamis lalu, “Hamas tidak lagi menguasai Gaza.”
Di pamflet itu terdapat tulisan dalam bahasa Arab yang berbunyi, “Siapapun yang meletakkan senjatanya dan menyerahkan sanderanya akan dibiarkan sendiri dan hidup damai.”
Sinwar, yang telah lama berada dalam bayang-bayang, mengambil alih jabatan pemimpin Hamas setelah pendahulunya, Ismail Haniyeh, juga dibunuh pada bulan Juli di ibu kota Iran, Teheran.
Pembunuhan tersebut diduga dilakukan oleh Israel, yang sejauh ini tidak pernah mengaku bertanggung jawab.
Sedangkan Yahya Sinwar tewas dalam serangan sporadis tentara Israel di Gaza selatan pada Kamis (17/10) waktu setempat.
Saat itu, Netanyahu menegaskan kematian Sinwar bukanlah akhir dari konflik Israel dan Palestina. Sebab, ia yakin invasi militer di Gaza hanya akan berakhir jika Hamas menyerah kepada pemerintah Israel.
Perang ini bisa saja berakhir besok. Akan berakhir jika Hamas meletakkan senjatanya dan melepaskan sandera kami, jelas Netanyahu dalam video yang dirilis pemerintah Israel, Jumat (18/10).
Pada hari Jumat, pasukan Israel menyerang beberapa bangunan di sekitar kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.
Penduduk di kamp Jabalia mengatakan tank Israel melepaskan tembakan ke jalan dan beberapa rumah.
Meluncurkan ReutersKantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan itu mungkin bertambah karena beberapa orang diyakini terjebak di bawah reruntuhan.
Kantor berita resmi Palestina WAFA membenarkan bahwa di antara mereka adalah anak-anak. Israel belum mengomentari serangan itu.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan serangan Israel lainnya menewaskan sedikitnya 39 warga Palestina di seluruh Gaza pada hari yang sama dan 20 di antaranya tewas di Jabalia.
Penduduk Jabalia mengatakan tank-tank Israel telah mencapai pusat kamp pengungsi setelah memasuki pinggiran kota dan distrik pemukiman.
Mereka bersaksi bahwa tentara Israel menghancurkan puluhan rumah setiap hari, dari udara dan darat, dengan menempatkan bom di dalam bangunan dan kemudian meledakkannya dari jarak jauh.
Warga dan pejabat medis mengatakan pasukan Israel telah memperketat pengepungan mereka di Jabalia, kamp terbesar dari delapan kamp bersejarah di kamp pengungsi tersebut.
Para pejabat Israel mengatakan perintah evakuasi tersebut bertujuan untuk memisahkan pejuang Hamas dari warga sipil dan membantah adanya rencana sistematis untuk mengusir warga sipil dari Jabalia atau wilayah utara lainnya.
Sementara itu, warga dan pejabat medis di Jabalia mengatakan pasukan Israel mengebom rumah-rumah dan mengepung rumah sakit, menghalangi masuknya pasokan medis dan makanan untuk memaksa mereka meninggalkan kamp. Para pejabat kesehatan mengatakan mereka menolak perintah militer Israel untuk mengevakuasi rumah sakit atau meninggalkan pasien, banyak dari mereka dalam kondisi kritis, tanpa pengawasan.
Salah satu sasaran serangan Israel adalah Rumah Sakit Indonesia.
“Pendudukan Israel mengintensifkan penargetan sistem kesehatan di utara Jalur Gaza, dengan mengepung dan langsung menargetkan Rumah Sakit Indonesia, Rumah Sakit Kamal Adwan, dan Rumah Sakit Al-Awda selama beberapa jam terakhir dan desakan mereka untuk menghentikan layanan tersebut. , “katanya. Demikian disampaikan Kementerian Kesehatan Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan dua pasien dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Indonesia meninggal ‘akibat rumah sakit dikepung dan aliran listrik serta pasokan medis terputus’.
Lebih dari setahun invasi Israel ke Gaza. Saat ini sejak 7 Oktober 2023 mengutip dari Reuters Berdasarkan informasi Kementerian Kesehatan di Gaza, 45.219 warga Palestina tewas dan 99.637 orang luka-luka. Kebanyakan korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Sementara itu, tentara Israel mengklaim pasukannya telah beroperasi di Jabalia selama dua minggu terakhir, menewaskan puluhan militan dalam pertempuran jarak dekat pada Kamis (17/10), melakukan serangan udara dan menghancurkan infrastruktur militer.
(Reuters/anak)