Jakarta, Pahami.id —
Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (Sendiri) mengungkap hasil pemeriksaan dewan etik terhadap dua lembaga survei pelacakan pol dan Institut Studi Indonesia (LSI) setelah menghasilkan data survei berbeda terkait Pilgub DKI 2024.
Ketua Umum Persepi Philips J Vermonte mengatakan, anggota dewan etik Persepi adalah Asep Saefuddin sebagai ketua, kemudian Hamdi Muluk dan Saiful Mujani sebagai anggota.
Kedua lembaga survei tersebut dinilai membeberkan hasil survei berbeda terkait elektabilitas calon pada Pilgub DKI 2024.
Survei Poltracking melaporkan paslon Ridwan Kamil-Suswono unggul, sedangkan LSI menyatakan Pramono Anung-Rano Karno meraih elektabilitas tertinggi.
Philips menjelaskan, dewan etik Perception tidak menemukan adanya kejanggalan atau pelanggaran prosedur terkait metode survei yang dilakukan LSI.
“Nah, yang kami temukan kawan-kawan dalam survei yang dilakukan LSI, tidak ada penyimpangan atau pelanggaran prosedur,” ujarnya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (9/11).
Dijelaskannya, data mentah dari 1.200 responden yang diambil LSI dalam bentuk kuesioner tercetak telah diperiksa oleh dewan etik dan dianggap valid.
“Dari data acak yang kita minta, saat itu 10 persen dari 1200 (responden), baik datasetnya rapi, data mentahnya rapi, tidak ada penyimpangan,” kata Philip.
Lalu bagaimana dengan hasil pemeriksaan dewan etik Persepi Poltracking?
Philip menjelaskan, pemeriksaan dewan etik terhadap survei yang dilakukan Poltracking menemukan beberapa kejanggalan.
Faktanya, Poltracking memberikan dua data berbeda kepada dewan etik, yakni pada 29 Oktober dan 3 November. Kedua kumpulan data tersebut sama-sama memiliki 2.000 responden, namun terdapat banyak anomali.
Dia menjelaskan, Poltracking mengambil data survei dari masyarakat dengan cara acak di beberapa wilayah di Jakarta, kemudian memasukkannya ke server melalui perangkat yang disediakan kepada petugas pendataan atau enumerator.
Berdasarkan data yang diminta dewan etik Persepi per 29 Oktober 2024, setelah dilakukan peninjauan, hanya ada 1.618 responden yang bisa dikonfirmasi.
Bahkan, kata Philip, Poltracking mengungkapkan kepada masyarakat bahwa hasil survei tersebut diambil dari 2.000 responden.
“Dari 2.000 data responden yang disampaikan ke publik, sebenarnya dari data yang dikirimkan sendiri oleh teman-teman Polracking kepada kami, ada 1.618 data yang valid,” ujarnya.
Kemudian, kata Philip, dari 2.000 data yang telah diverifikasi dewan etik, ada beberapa aspek dan pertanyaan yang belum diisi pada kolom pertanyaan.
Dewan Etik Persepi juga menemukan adanya duplikasi data yang dikumpulkan Poltracking dari masyarakat di Jakarta.
“Tadi saya sudah cerita tentang kuisioner, kalau targetnya 2.000 responden, maka 2.000 kuisioner itu akan diberi nomor, nomor 1, nomor 2, nomor 3, sehingga bisa dilihat saat dimasukkan. Nah, banyak duplikasi kuesioner,” ujarnya.
Dia merinci, duplikat data Poltracking antara lain nomor urut kuesioner dan nama responden.
Philip melanjutkan, pada 3 November 2024 Poltracking kembali memberikan data mentah dari 2.000 responden. Kemudian, hasil verifikasi yang dilakukan dewan etik Persepi menyatakan tidak ada tumpang tindih data, namun data kedua tidak memuat data pribadi responden seperti RT, RW, status, dan berat badan.
Dengan demikian, kata Philip, hasil survei yang dilakukan Poltracking terkait Pilgub Jakarta 2024 tidak terkonfirmasi.
Akibatnya, dewan etik merasa bahwa hasilnya sebenarnya data yang tidak bisa diverifikasi. Dewan etik tidak pernah mengatakan ini data yang salah. Kami bilang ‘datanya tidak bisa kami verifikasi, sulit dipastikan keabsahannya’, kata Philip. .
Sebelumnya, Persepi melarang Poltracking Indonesia mempublikasikan hasil survei tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dan kajian data Dewan Kehormatan.
Sebab, survei Poltracking mencatat keunggulan RK-Suswono, sedangkan Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat keunggulan Pramono-Rano.
Hasil survei LSI yang diumumkan Rabu (23/10) menjaring elektabilitas tertinggi Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024.
Pramono-Rano meraih elektabilitas 41,6 persen. Disusul Ridwan Kamil-Suswono di posisi kedua dengan 37,4 persen dan Dharma-Kun di posisi paling mematikan dengan 6,6 persen.
Sehari setelahnya, Poltracking Indonesia mencatat keunggulan pasangan nomor satu Ridwan Kamil-Suswono dengan keunggulan elektabilitas sebesar 51,6 persen.
RK-Suswono memimpin pasangan calon nomor urut tiga, Pramono Anung-Rano Karno di peringkat kedua dengan elektabilitas 36,4 persen. Kemudian di peringkat ketiga ada pasangan calon nomor urut 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana dengan perolehan suara 3,9 persen.
(bisa/tidak bisa)