Site icon Pahami

Berita Penjajahan Kini Hadir Lewat Algoritma dan Data

Berita Penjajahan Kini Hadir Lewat Algoritma dan Data


Jakarta, Pahami.id

Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengingatkan, penjajahan saat ini datang melalui algoritma dan data.

Megawati pada Seminar Internasional peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11).

Oleh karena itu, ia meyakini kolonialisme tidak berakhir, hanya mengubah wajahnya.


Jika dulu kolonialisme datang dengan meriam dan kapal perang, kini melalui algoritma dan data, kata Megawati seperti dikutip Di antara.

Ia menghubungkan perjuangan dekolonisasi tahun 1955 dengan perjuangan melawan neokolonialisme digital abad ke-21.

“Dari Blitar, dari makam Bung Karno [Presiden pertama RI Sukarno]Saya menyerukan kepada dunia, mari kita membangun dunia baru! “Dunia yang tidak diatur oleh algoritma tanpa hati nurani,” kata Megawati.

Dia menegaskan kecerdasan buatan atau alasan buatan (kecerdasan buatan/Ai), data besardan sistem keuangan digital lintas batas kini telah memunculkan bentuk-bentuk baru imperialisme global.

Menurutnya, negara maju adalah pemilik dan pengontrol data, sedangkan negara berkembang hanya pengguna algoritma yang tidak mereka kendalikan.

“Manusia semakin berkurang jumlahnya, data menjadi komoditas,” kata dia yang kini menjabat Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Sejumlah kajian internasional, salah satunya Unctad Digital Economy Report 2024, juga mendukung gagasan Megawati. Dalam penelitiannya, disebutkan bahwa 70 persen data dunia kini dikuasai oleh segelintir raksasa teknologi global, seperti Google, Amazon, Meta, dan Microsoft, yang sebagian besar berbasis di Amerika Serikat dan Eropa.

Sementara itu, negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah pasar dan penyedia data yang tidak memiliki kedaulatan penuh atas infrastruktur mereka.

Laporan media menemukan bahwa sebagian besar layanan penyimpanan cloud (awan) dan database pemerintah masih bergantung pada penyedia asing, sehingga menimbulkan risiko kebocoran dan ketergantungan strategis.

Megawati mengatakan, tantangan digital bukan hanya persoalan ekonomi, namun persoalan kemanusiaan dan kedaulatan negara.

Menurutnya, tanpa penguasaan teknologi dan data, kebebasan sejati dinilai sulit dicapai.

“Dunia membutuhkannya Etika global yang baruS yang merupakan kaidah moral global yang baru, untuk menata kembali kekuasaan di bidang teknologi, ekonomi, dan informasi, kata Megawati.

Keberanian moral dan etika

Presiden kelima RI ini juga menilai Indonesia memerlukan keberanian moral seperti yang ditunjukkan presiden pertama RI, Sukarno alias Bung Karno. Menurutnya, dunia kini membutuhkan aturan baru agar teknologi tidak menjadi alat penindasan dalam bentuk baru.

Ia juga mengingatkan agar nilai-nilai Pancasila dapat menjadi pedoman etika dalam dunia digital.

Pancasila, menurutnya, merupakan falsafah universal yang menyeimbangkan dunia material dan spiritual, antara hak individu dan tanggung jawab sosial, serta antara kedaulatan negara dan persatuan antar negara.

Untuk itu, Megawati menegaskan kemajuan teknologi harus dibingkai dalam etika kemanusiaan. Menurutnya, dunia tidak bisa diatur oleh algoritma tanpa hati nurani, melainkan oleh nilai-nilai moral yang menghidupkan.

Dunia Baru, lanjutnya, bukanlah dunia yang tunduk pada mesin dan modal, melainkan dunia yang menempatkan manusia sebagai pusat peradaban.

(antara/anak-anak)


Exit mobile version