Jakarta, Pahami.id –
Pemerintah dikatakan mempertimbangkan untuk membangun sistem laporan kasus keracunan karena program nutrisi gratis (MBG) seperti saat pandemi Covid-19.
Kepala Menteri Kesehatan Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah menstandarisasi sehubungan dengan laporan kasus keracunan MBG.
Dia menjelaskan bahwa kemudian sistem laporan keracunan MBG akan menggunakan data yang dicatat secara bertahap dari Puskesmas, Kantor Kesehatan, dan Kementerian Kesehatan.
“Dalam hal jumlah keracunan, kami telah sepakat untuk menggunakan sistem yang ada yang telah dibangun dari Puskesma dan di atasnya,” katanya pada konferensi pers bersama dengan beberapa menteri dan agen nutrisi nasional (BGN) di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (2/10).
Budi mengatakan data keracunan dimiliki oleh Kementerian Kesehatan dan diperbarui setiap hari. Dia mengatakan data akan diserahkan ke National Nutrition Agency (BGN).
“Jumlahnya setiap hari, setiap minggu, dan kemudian angka itu akan dikonsolidasikan bersama antara Kementerian Kesehatan dan Badan Nutrisi Nasional,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa jika diperlukan data dapat digunakan untuk memberikan kasus keracunan umum seperti kasus COVID-19.
“Maka kami akan berkoordinasi dengan Badan Komunikasi Pemerintah jika ada pembaruan harian, mingguan, atau bulanan yang telah kami lakukan selama COVID-19 kami,” kata Budi, yang juga Menteri Kesehatan di Presiden Ketujuh Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
|
Sebelumnya, kepala Hindayana dari Hindayana mengatakan ada 6.517 korban keracunan karena makan MBG sejak diluncurkan pada Januari 2025.
Ini disajikan oleh Dadang pada pertemuan kerja (raker) dengan Komisi Dewan Perwakilan IX di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada hari Rabu (1/10) hari ini. Dia mengatakan kasus yang paling beracun terjadi di Jawa dengan total 45 kasus.
“Distribusi kasus gangguan pencernaan atau kasus di SPPG dapat dilihat dari 6 Januari hingga 31 Juli, ada sekitar 24 kasus peristiwa. Meskipun dari 1 Agustus hingga tadi malam ada 51 kasus kejadian,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa dari 75 kasus keracunan para korban mencapai 6.517 orang yang tersebar di setiap wilayah.
Rinciannya adalah 1.307 korban di Wilayah I atau Pulau Sumatra. Kemudian 4.207 korban untuk memantau Area II atau Java dan 1.003 korban untuk memantau Area III atau Indonesia Timur.
(TFQ/KID)