Jakarta, Pahami.id —
Pelaku ledakan Truk Siber Tesla di depan Trump Hotel, Los Angeles, pekan lalu disebut-sebut telah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk meledakkan kendaraan otomatis tersebut.
Sheriff Los Angeles Kevin McMahill pada Selasa (7/11) mengatakan, pelaku Matthew Livelsberger yang merupakan anggota Angkatan Darat Amerika Serikat awalnya menggunakan AI Chat GPT untuk mendapatkan informasi melakukan kejahatannya.
Petugas tidak menyebutkan hasil informasi yang diberikan ChatGPT kepada pelaku terkait penggeledahan bahan peledak dan senjata api yang digunakan.
CNN telah menghubungi OpenAI untuk memberikan komentar.
Pihak berwenang kemudian merilis informasi baru tentang ledakan tersebut, menekankan bahwa Livelsberger menggunakan bom dan menjelaskan manifesto enam halaman yang ditemukan di ponselnya.
“Informasi baru ini lebih banyak menimbulkan pertanyaan daripada jawaban. Saya tidak akan memberikan pendapat tentang apa maksud dokumen tersebut, dan kami juga tidak akan merilis informasi atau dokumen yang belum sepenuhnya diverifikasi (oleh badan investigasi gabungan FBI dan ATF),” kata McCahill.
Dokumen tersebut menjadi bukti tambahan atas dua surat yang dikeluarkan sebelumnya. Pelaku menulis tentang “frustasi politik”, konflik bersenjata, dan masalah rumah tangga pada hari-hari menjelang ledakan Tesla Cybertruck di depan Trump Hotel.
Livelsberger, yang berasal dari Colorado, sedang cuti dari pangkalan militer AS di Jerman ketika dia meledakkan truk Tesla, menurut sebuah sumber. CNN.
Ia kemudian bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri, beberapa saat sebelum Tesla Cybertruck meledak.
Sebuah ledakan di dekat Trump Hotel menyebabkan satu orang tewas dan tujuh lainnya luka-luka. Elon Musk, yang selalu menjadi CEO Tesla, mengatakan perusahaan juga sedang melakukan penyelidikan.
“Kami kini telah memastikan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh kembang api dan/atau bom berukuran sangat besar yang dibawa dalam Cybertruck sewaan dan tidak terkait dengan kendaraan itu sendiri,” kata Musk di X.
(baca/baca)