Jakarta, Pahami.id —
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meradang setelah tiga staf Program Pangan Dunia (WFP) tewas dalam “serangan udara” di Sudan.
Dilaporkan AFP, Jumat (20/12), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres mengaku “sangat marah” atas kejadian naas tersebut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain menyerukan penyelidikan menyeluruh atas “insiden mengerikan” tersebut.
Perang telah berlangsung sejak April 2023 antara tentara Sudan di bawah pemerintahan secara de facto Abdel Fattah al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang dipimpin oleh mantan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo.
“Saya terkejut dan sedih atas kematian tragis tiga anggota tim WFP Sudan,” kata McCain dalam sebuah pernyataan.
Tiga staf yang tewas adalah kepala kantor lapangan, rekan program, dan satpam. Ketiganya tewas akibat serangan udara yang menghantam Kompleks Kantor Lapangan WFP di Yabus, Negara Bagian Blue Nile, Kamis (19/12) malam lalu.
Seorang staf tewas seketika, sedangkan dua lainnya mengalami luka kritis dan meninggal saat dievakuasi untuk mendapatkan perawatan.
McCain meyakinkan bahwa WFP akan segera berupaya mencari tahu apa yang terjadi.
“Saya menuntut penyelidikan menyeluruh dan para penjahat dimintai pertanggungjawaban,” katanya.
McCain mengatakan para korban – yang kewarganegaraan dan namanya tidak disebutkan – “melakukan pekerjaan penyelamatan jiwa di garis depan salah satu krisis kelaparan terbesar di dunia.”
“WFP tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan di seluruh Sudan, termasuk di Negara Bagian Blue Nile,” kata kepala badan tersebut.
“WFP akan tetap ada dan memberikan bantuan pangan dan nutrisi penting di seluruh lokasi di Sudan. Inilah yang diinginkan oleh rekan-rekan kami yang gugur,” tambahnya.
Namun, ia meminta para pemimpin dunia untuk mendukung perlindungan yang lebih baik bagi pekerja kemanusiaan secara umum, dengan mengatakan jumlah korban jiwa akan mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024.
Lebih lanjut, WFP memperingatkan bahwa Sudan berisiko menjadi krisis kelaparan terbesar di dunia dalam sejarah baru-baru ini, dengan 1,7 juta orang di seluruh negara tersebut mengalami kelaparan atau berisiko kelaparan.
(sfr/sfr)