Site icon Pahami

Berita Pakar Politik dari Australia Kritik Proyek Ibu Kota Baru RI IKN


Jakarta, Pahami.id

Pakar politik dan keamanan internasional Universitas Murdoch Australia Ian Wilson Kritik Mega Proyek Archipelago Capital (IKN) di Kalimantan Timur yang dibangun pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ke Al JazeeraDia mengatakan, proyek IKN mencerminkan ciri khas pemerintahan Jokowi.


Pertama, (IKN menunjukkan) pemerintahan yang semakin otokratis dan lepas dari kedaulatan rakyat, mengingat IKN secara fisik akan jauh dari dinamika masyarakat sipil yang menjadi basis penguatan demokrasi di Indonesia, kata Wilson, Sabtu ( 17/8).

Menurut dia, hal ini akan menjauhkan pemerintah dari kompleksitas dan kontradiksi di Jakarta yang dinilai mencerminkan situasi di Tanah Air.

Serta ekspresi kedaulatan rakyat dan institusi seperti demonstrasi, protes, dan mobilisasi yang menjadi bentuk penting check and balances power, jelas Wilson lagi dikutip dari Al Jazeera.

Sementara itu, peneliti senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, Siwage Dharma Negara, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa konsep pengembangan IKN adalah “proyek jangka panjang untuk mengatasi kesenjangan dan permasalahan pembangunan di Jakarta”.

Menurutnya waktu selalu menjadi perhatian utama dalam mengembangkan IKN.

“Pemerintah berargumentasi bahwa ‘jika tidak sekarang, kapan lagi?’ “Kalau ditunda bisa saja tidak terjadi,” jelasnya.

Bagi yang tidak setuju, waktunya dianggap tidak tepat karena perekonomian sedang tidak bagus, jadi tergantung dari sisi mana kita melihat, tambah Negara.

Ketergantungan pada investasi asing

Lebih lanjut, Wilson menilai ketergantungan terhadap investasi asing menunjukkan adanya kontradiksi modal baru.

Hingga Juli 2024, Al Jazeera menyebutkan investasi di IKN telah mencapai US$6,2 miliar atau Rp97,32 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp15.697 per dolar AS), atau sekitar 15 persen dari perkiraan total investasi yang dibutuhkan.

Menurut pemerintah, sekitar 369 letter of interest telah diterima dari investor, sebagian besar dari Singapura.

Hingga saat ini, sudah ada dua perusahaan Singapura yang menandatangani perjanjian tersebut antara lain Nusantara State Power Investment Corporation (SPIC) dan JOE Gree. Keduanya akan terlibat dalam energi terbarukan dan pengelolaan limbah.

“Ketergantungan yang besar pada investasi asing untuk membangun IKN, yang dijual dengan syarat dan pengecualian dengan basa-basi, bukan hanya sebuah kegagalan, tetapi juga sangat berbeda dengan retorika nasionalis yang mendasari proyek ini: modal negara dibangun dengan uang asing,” kata Wilson.

(del/bac)



Exit mobile version