Site icon Pahami

Berita Netanyahu Mau Wajibkan Warga Israel Ultra-Ortodoks Ikut Perang di Gaza


Jakarta, Pahami.id

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu akan memaksa warga Israel dari kelompok Yahudi ultra-ortodoks untuk bergabung dengan tentara untuk mengambil bagian dalam perang di Jalur Gaza.

Pernyataan Netanyahu pada Kamis (1/2) itu muncul ketika koalisi dengan partai-partai Yahudi ultra-ortodoks di pemerintahan terancam pecah.


“Kami berencana mewajibkan orang-orang ultra-Ortodoks untuk bergabung dengan IDF (tentara Israel) dan pegawai negeri sipil nasional. Kami juga sedang mencari cara untuk mengimplementasikan rencana itu,” kata Netanyahu seperti dikutip Reuters.

Rencana Netanyahu juga bertentangan dengan keputusan Mahkamah Agung Israel pada tahun 2018 yang mengecualikan warga Israel ultra-Ortodoks dari dinas militer.

Netanyahu kemudian menyatakan alasannya mewajibkan warga ultra-Ortodoks untuk bergabung dengan tentara. Ia menyatakan bahwa beban tugas militer dapat dirasakan oleh seluruh warga Israel selama negara tersebut melakukan agresi terhadap Palestina.

Sebelumnya, parlemen Israel gagal menyetujui peraturan baru yang diusulkan kabinet perang Netanyahu. Sebaliknya, penangguhan wajib militer bagi warga ultra-Ortodoks akan berakhir pada Maret ini.

Partai ultra-Ortodoks telah membantu Netanyahu mengamankan mayoritas di parlemen bersama dengan partai-partai sayap kanan.

Sebagai imbalan atas dukungannya, kelompok ultra-Ortodoks tersebut diskors dari dinas militer hingga Maret 2024. Namun, Netanyahu tidak ingin memperpanjang skorsing tersebut, sehingga meningkatkan ancaman perpecahan dalam koalisi yang berkuasa.

Netanyahu tampaknya bereaksi terhadap langkah menteri pertahanannya yang memveto kelanjutan undang-undang pengecualian wajib militer, kecuali tercapai kesepakatan yang membuka jalan bagi wajib militer ultra-Ortodoks.

“Kami mengakui dan mendukung mereka (ultra-Ortodoks) yang mendedikasikan hidup mereka untuk mempelajari Kitab Suci Yahudi. Namun tanpa keberadaan fisik, tidak ada keberadaan spiritual,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

Kaum Ultra-Ortodoks sendiri adalah anggota kelas agama Israel yang fokus secara eksklusif pada masalah keagamaan dan karena itu dikecualikan dari dinas militer.

Pengecualian ini sebenarnya telah lama menjadi sumber perselisihan dengan warga sekuler di Israel.

Kelompok Ultra-Ortodoks menuntut hak untuk belajar pada pendidikan agama khusus daripada wajib militer selama tiga tahun atau menjadi pegawai negeri.

Beberapa orang mengatakan gaya hidup keagamaan mereka akan bertentangan dengan kebiasaan militer, sementara yang lain menyuarakan penolakan ideologis terhadap negara liberal.

(Reuters/bac)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);

Exit mobile version