Jakarta, Pahami.id —
negara-negara anggota Organisasi Perjanjian Atlantik UtaraNATO) berencana mengerahkan fregat, pesawat patroli, dan drone ke Laut Baltik, dekat wilayah tersebut Rusia dan sekutu.
Aliansi tersebut, diawasi oleh AS dan CS, mengerahkan kapal dan pesawat militer untuk melindungi infrastruktur di kawasan dan mengambil tindakan terhadap kapal yang dicurigai mengancam keamanan.
Langkah yang diberi nama “Baltic Sentry” ini diambil NATO setelah serangkaian insiden kerusakan kabel listrik, jaringan telekomunikasi, dan pipa gas pasca invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Polisi Finlandia bulan lalu juga menyita sebuah kapal tanker Eagle S yang membawa minyak Rusia. Finlandia menyatakan dugaan kapal tersebut merusak saluran listrik Estlink 2 antara Finlandia dan Estonia, serta empat kabel telekomunikasi dengan menyeret jangkar di dasar laut.
Presiden Finlandia, Alexander Stubb, mengatakan kerusakan jaringan kabel bawah laut pada 25 Desember “pasti” ada kaitannya dengan Rusia.
“Mereka (Rusia) jelas terkait dalam arti bahwa kapal tersebut adalah bagian dari armada bayangan Rusia. Kami tahu kargo tersebut sangat terhubung dengan Rusia. Koneksi tersebut jelas ada,” kata Stubb. Reuters.
Namun, Stubb menambahkan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan lebih lanjut mengenai akar penyebab kerusakan tersebut.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan tindakan Finlandia terhadap kapal tanker Eagle S menunjukkan bahwa kapal yang menyebabkan kerusakan dapat dituntut oleh penegak hukum.
“Potensi ancaman terhadap infrastruktur kita akan mempunyai konsekuensi, termasuk kemungkinan penggeledahan, penyitaan dan penangkapan,” kata Rutte.
Dalam pertemuan tersebut, Jerman juga mendukung langkah yang sama. Menurut Kanselir Jerman Olaf Scholz, negara-negara NATO juga mempertimbangkan untuk menargetkan armada bayangan Rusia di wilayah tersebut dengan sanksi sebagai bagian dari upaya untuk melindungi instalasi penting bawah laut.
“Kami akan terus mengambil tindakan terhadap armada bayangan Rusia, termasuk melalui sanksi yang telah diberlakukan dan mungkin akan menyusul, termasuk terhadap kapal dan perusahaan pelayaran tertentu yang juga menimbulkan ancaman terhadap lingkungan,” kata Scholz kepada wartawan.
Senada dengan Jerman, Presiden Latvia Edgars Rinkevics juga menganggap langkah NATO ini perlu. Pasalnya, sekitar 2.000 kapal melintasi Laut Baltik setiap hari sehingga membuat pemantauan menjadi sangat sulit.
“Sejujurnya, kami tidak bisa menjamin perlindungan 100%, tapi jika kami mengirimkan sinyal yang kuat, saya pikir insiden seperti ini akan berkurang atau berhenti,” kata Rinkevics kepada wartawan.
Gerakan negara-negara NATO ini dilakukan menyusul meningkatnya ketegangan antara Barat dan Rusia. Baru-baru ini, Ukraina, yang merupakan sekutu aliansi Cs Amerika Serikat, juga kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke Rusia.
Langkah NATO ini tentu akan memancing respon keras dari Rusia yang selalu menganggap aliansi tersebut berupaya memperluas pengaruhnya untuk mengganggu keamanan Negara Beruang Merah.
(rds)