Site icon Pahami

Berita Misi Berat KIM Bersatu di Pilgub Jabar & Jakarta, Ada Faktor Kaesang


Jakarta, Pahami.id

Setelah berhasil membawa kemenangan Prabu Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024, Partai Politik Gabungan Indonesia Maju (KIM) berencana tetap bersatu di Pilkada 2024.

Para anggota Parpol KIM bersatu menyatakan akan terus mengupayakan koalisi di Pilpres 2024 untuk melanjutkan pilkada, khususnya di dua wilayah strategis Jakarta dan Jawa Barat. Namun, kini tanda-tanda perpecahan KIM sudah terlihat di beberapa daerah.

Di Banten misalnya, Gerindra bersama PKS, NasDem, PAN, PPP, PKB dan PSI mendukung Andra Soni-Dimyati Natakusumah. Koalisi meninggalkan Golkar di belakang Airin Rachmi Diany, mantan Wali Kota Tangsel.


Lalu, perbedaan sikap juga terlihat di Jawa Barat. Gerindra menolak Dedi Mulyadi, Golkar menolak Ridwan Kamil, PAN menolak Bima Arya dan Desy Ratnasari.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah meyakini KIM akan berpisah di Pilkada Jabar. Dia mengatakan, potensi perpecahan KIM karena masing-masing parpol punya jagoan masing-masing untuk maju.

“Di Jabar kemungkinan besar KIM akan terpecah. Apalagi Golkar punya Ridwan dan Gerindra punya Dedi Mulyadi,” kata Dedi kepada CNNIndonesia.com, Senin (15/7).

Ia menilai dari kalkulasi politik sudah sepantasnya Golkar lebih condong mendorong RK di Jabar. Menurut dia, sebagai calon gubernur petahana, Ridwan Kamil berpeluang besar untuk menang.

Sementara itu, Dedi melihat potensi KIM untuk terus tampil tangguh di Pilgub Jakarta. Ia yakin KIM bisa bersatu jika sepakat mencalonkan Kaesang Pangarep.

Dedi meyakini Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap menjadi salah satu faktor penentu bersatu atau tidaknya KIM pada Pilkada mendatang.

Namun, jika Kaesang tidak berhasil dipromosikan di Jakarta, KIM bisa saja bubar lagi, ujarnya.

Senada dengan itu, dosen Departemen Ilmu Politik UI, Aditya Perdana, juga menilai KIM tidak selamanya akan bersatu di dapil. Kata dia, dalam menetapkan bakal calon pilkada, partai politik juga mempertimbangkan perolehan kursi DPRD dan kekuatan calon yang akan didukungnya.

Adit menilai, saat ini jumlah yang ingin dimajukan KIM di Jawa Barat dan Jakarta masih dilematis.

Misalnya, RK berpeluang besar menang jika melaju di Jawa Barat. Namun di sisi lain, beberapa pihak juga mendorong hal tersebut di Jakarta.

Potensi yang menghambat RK di Jakarta tentu saja potensi elektabilitas Anies yang sangat bagus, kata Adit.

Terpisah, Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin justru menilai KIM akan tetap bersatu di Pilkada Jawa Barat dan Jakarta 2024.

Kata dia, nantinya akan ada parpol yang mengalah demi mencapai kepentingan yang lebih besar.

Ujang menyatakan, meraih kemenangan di kedua wilayah tersebut tidaklah mudah, oleh karena itu KIM harus tetap bersatu.

“Daerah yang mempunyai basis massa yang besar dan strategis ingin pemimpin daerah dari KIM menang, makanya harus bersatu, harus bersatu. Maka atas dasar itu saya melihat kemungkinan besar di DKJ dan Jawa Barat,” kata Ujang.

Faktor Prabowo

Ujang mengatakan, faktor yang paling menentukan kebersamaan KIM di Pilkada provinsi adalah Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih dan tokoh sentral di KIM.

Kata dia, Prabowo pasti ingin sosok yang menjabat kepala daerah di Jakarta dan Jawa Barat itu berasal dari koalisinya.

Agar kebijakan antara Jabar, DKJ, dan pusat selaras, ujarnya.

Ujang pun mencontohkan, saat Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia kerap berselisih paham dengan pemerintah pusat. Menurut dia, hal ini juga mempengaruhi jalannya pemerintahan.

“Terus terjadi perbedaan pendapat, terutama dalam masalah penyelesaian Covid. Sehingga sulit mengambil kebijakan,” ujarnya.

(mnf/tsa)


Exit mobile version