Jakarta, Pahami.id —
Masjid Al Aqsa kembali menjadi sorotan setelah Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu melarang umat Islam mengunjungi tempat suci tersebut.
Kantor Netanyahu mengatakan akan memberlakukan beberapa pembatasan akses bagi umat Islam yang ingin pergi ke Masjid Al Aqsa. Mereka menerapkan pembatasan ini untuk alasan keamanan. Pembatasan ini sendiri akan berlaku mulai 10 Maret mendatang.
Apa perbedaan Masjid Al Aqsa dan Kubah Batu?
Masjid Al Aqsa terletak di dekat Kubah Batu. Kedua tempat ini berada di kompleks Al Aqsa yang terletak di Kota Tua, Yerusalem.
Bagi umat Yahudi, kompleks Al Aqsa dikenal dengan sebutan Temple Mount. Namun bagi umat Islam, kawasan ini disebut Al Harram Al Sharif.
Salah satu perbedaan Masjid Al Aqsa dengan Kubah Batu terletak pada warna kubahnya.
Kubah Al Aqsa berwarna abu-abu dengan bangunan berwarna coklat.
Sedangkan kubah Dome of the Rock berwarna emas dengan dinding berwarna biru penuh motif.
Sejarah Singkat
Selain warna kubahnya, sejarah kedua bangunan tersebut juga berbeda.
mengikuti Mata Timur Tengah, bangunan masjid di kompleks Al Aqsa ini didirikan oleh khalifah Islam kedua, Umar bin Khattab, pada tahun 638 M setelah menaklukkan Syam. Levant mengacu pada wilayah Mediterania timur.
Suatu saat, tokoh penanggung jawab di Yerusalem, Uskup Sophronius, mengundang Umar ke gerejanya.
Menurut laporan Zaman Israel, Sophronius meminta Umar untuk berdoa di Gereja Makam Suci ketika waktu sholat tiba. Namun Umar menolaknya.
Umar bersikeras bahwa umat Islam akan menggunakannya sebagai alasan untuk mengubah gereja menjadi masjid jika dia salat di sana. Artinya, situs suci umat Kristiani bisa disita.
Umar akhirnya salat di luar gereja, tepatnya di kompleks Al Aqsa bagian selatan. Lokasi ini kemudian dijadikan Masjid Al Qibli atau sekarang dikenal dengan Masjid Al Aqsa.
Sepanjang sejarah, Masjid Al Qibli telah mengalami serangkaian renovasi dan perluasan, termasuk pada masa Dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan Ottoman.
Sedangkan Kubah Batu atau Baitul Maqdis diyakini umat Islam sebagai jejak kaki Nabi Muhammad SAW sebelum melakukan perjalanan Isra Mikraj menuju langit ketujuh atau Sidratul Muntaha untuk menerima wahyu shalat lima waktu.
Kubah batu tersebut juga dianggap sebagai karya arsitektur Islam tertua di dunia. Bangunan ini dibangun pada abad ke 7 M atas perintah Abdul Malik bin Marwah, khalifah kelima Dinasti Bani Umayyah.
Kubah batu ini dapat dilihat dari seluruh penjuru Yerusalem karena warna kubahnya yang mencolok.
Namun Dome of the Rock bukanlah bangunan masjid, melainkan dianggap suci oleh umat Islam, seperti dikutip Haaretz.
Kubah emasnya membentang sepanjang 20 meter melintasi keagungan batu (batu keramat). Batu ini juga dianggap suci oleh orang Yahudi sebelum masuknya Islam.
Orang-orang Yahudi percaya bahwa batu itu adalah tempat Abraham bersiap untuk mengorbankan putranya, Ishak.
(blq/baca)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);