Jakarta, Pahami.id —
Mantan presiden Peru, Alberto Fujimorimeninggal dunia pada Rabu (11/9) karena sakit. Pemimpin otoriter Peru meninggal dunia pada usia 86 tahun.
“Setelah perjuangan panjang melawan kanker, ayah kami, Alberto Fujimori, baru saja meninggal dunia untuk bersama Tuhan,” putri Fujimori, Keiko Fujimori, mentweet di X.
“Kami mohon kepada orang-orang yang mencintainya untuk menemani kami dengan doa, agar arwahnya beristirahat dengan tenang,” kata Keiko, seperti dilansir CNN.
Pemerintah mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk Fujimori, mulai Kamis (12/9). Dia juga akan menerima pemakaman yang bermartabat, sebagaimana layaknya seorang presiden yang sedang menjabat.
Sumber dekat keluarganya mengatakan, kesehatan Fujimori semakin memburuk akhir-akhir ini, setelah menyelesaikan pengobatan kanker lidahnya pada Agustus lalu.
Setelah berita kematiannya tersebar, media sosial di Peru ramai terjadi antara pendukung dan penentang.
Banyak orang Peru menyebut Fujimori, yang merupakan keturunan Jepang, sebagai “el chino” atau orang Cina.
Fujimori dinyatakan bersalah dan dibebaskan ke penjara pada tahun 2009 atas pembantaian yang dilakukan oleh regu kematian militer pada tahun 1991 dan 1992. Sebanyak 25 orang, termasuk seorang anak, tewas dalam “operasi anti-teroris”.
Pada bulan Desember 2017, presiden saat itu Pedro Pablo Kuczynski memberikan pengampunan kepada Fujimori karena kesehatannya yang memburuk. Namun Mahkamah Agung membatalkan pengampunan tersebut, dan pada Januari 2019 dia dikembalikan ke penjara.
Ia dibebaskan kembali pada Desember 2023, setelah pengadilan kembali memberikan amnesti.
Fujimori adalah sosok yang dibenci sekaligus dipuji di Peru. Ia yakin telah membuka jalan bagi Peru untuk menjadi salah satu negara terkemuka di Amerika Latin.
Para pendukungnya memujinya karena menyelamatkan negara dari gerilyawan sayap kiri Shining Path dan Tupac Amaru serta mendukung perekonomian. Sementara itu, para penentangnya memandangnya sebagai seorang otokrat yang haus kekuasaan.
(dna/bac)