Jakarta, Pahami.id —
Malaysia resmi memiliki raja baru yang dikenal sebagai salah satu miliarder terkaya di Tanah Air. Raja Sultan Ibrahim resmi menjadi raja Malaysia ke-17 dan akan menjabat selama lima tahun di negara dengan sistem monarki bergilir itu.
Selain menjadi seorang miliarder, Sultan Ibrahim juga dikenal memiliki hobi yang terbilang nyentrik. Ia kerap mengendarai sepeda motor gede Harley-Davidson dalam beberapa aktivitasnya.
Ia juga melakukan tur tahunan keliling Johor dengan sepeda motor, membagikan kebutuhan pokok kepada masyarakat miskin di sepanjang perjalanan.
Raja yang juga gemar berbagi momen di media sosial ini juga memiliki koleksi mobil mewah dan sport bahkan jet pribadi. Dia menjalankan bisnis swasta yang menjanjikan, termasuk saham di Forest City, sebuah proyek pembangunan senilai $100 miliar di lepas pantai Johor yang dipimpin oleh investor Tiongkok.
Diperkirakan kekayaan yang dimiliki Sultan Ibrahim dan keluarganya selaku penguasa negara bagian Johor bagian selatan mencapai $5,7 miliar.
Raja Sultan Ibrahim yang kini memiliki enam orang anak ini kerap terlihat sebagai orang yang sederhana. Pada tahun 2017 ia memerintahkan pemilik laundry untuk meminta maaf karena melakukan diskriminasi terhadap non-Muslim.
Tak hanya itu, ia juga terkenal blak-blakan soal politik dan korupsi di Malaysia.
Pada upacara peresmian yang digelar Sabtu, Sultan Ibrahim mengenakan jas adat berhiaskan benang emas dan hiasan kepala kerajaan. Ia juga berjanji akan mematuhi konstitusi dan menjunjung tinggi agama Islam serta menjamin perdamaian di Malaysia, mengutip AFP.
Sultan Ibrahim menerima pendidikan sarjananya di School of Law and Admissions di Trufts University di Amerika Serikat. Beliau menyelesaikan program studi strategis di Asia Tenggara dan Hukum Maritim Internasional.
Malaysia memang merupakan negara monarki konstitusional dengan tatanan yang unik. Tahta akan berpindah tangan setiap lima tahun antara raja sembilan negara bagian di Malaysia yang dipimpin oleh keluarga kerajaan Muslim.
Meski hanya bersifat seremonial, namun kedudukan raja dalam beberapa tahun terakhir cukup penting. Intervensi kerajaan masih diperlukan untuk menunjuk perdana menteri tiga kali setelah runtuhnya pemerintahan dan parlemen yang digantung menyusul kekalahan Perdana Menteri Najib Razak.
(ts/pm)