Jakarta, Pahami.id –
Cina marah pada Jepang Hingga Konjen mereka di Osaka mengancam akan “memenggal” Perdana Menteri Sanae Takaichi.
Kemarahan dan ancaman tersebut bermula dari ucapan Takaichi saat berpidato di depan Parlemen pekan lalu.
Saat itu, dia mengatakan serangan bersenjata terhadap Taiwan dapat menjadi dasar bagi Jepang untuk menggunakan militer sebagai bagian dari konsep pertahanan kolektif.
“Jika keadaan darurat di Taiwan melibatkan kapal perang dan penggunaan kekuatan militer, maka hal itu dapat dianggap sebagai situasi yang mengancam (bagi Jepang),” kata Takaichi. AFP.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok kemudian menanggapinya dengan mengatakan tidak akan mentolerir komentar Takaichi.
“Pihak Jepang harus segera memperbaiki tindakan salahnya dan menarik pernyataan tidak berdasarnya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian pada konferensi pers.
Namun, Takaichi menekankan bahwa dia tidak akan mempercayai kata-katanya dan mengatakan pendiriannya sejalan dengan prinsip Jepang.
Takaichi dikenal sebagai sosok tangguh di Tiongkok dan pendukung vokal Taiwan.
Selain itu, jika serangan besar-besaran Tiongkok ke Taiwan benar-benar terjadi, hal itu dapat mengganggu rantai pasokan dan memperkuat posisi militer negara tirai bambu tersebut terhadap Jepang.
Sebanyak 99 persen perdagangan Jepang bergantung pada jalur laut.
Pejabat Tiongkok lainnya juga mengungkapkan kekecewaan mereka atas komentar PM Jepang. Konsul Jenderal Tiongkok di Osaka Xue Jian sangat marah dan mengunggah pernyataan ancaman kepada Takaichi di media sosial.
Dalam unggahan tersebut, Xue tidak menyebut nama Takaichi namun menyertakan artikel berita di komentarnya,
“Leher kotor yang menyentuh dirinya sendiri, aku tidak punya pilihan selain memotongnya tanpa ragu-ragu. Apakah kamu siap?” Xue seperti dikutip Minggu Berita.
Namun unggahan tersebut kini telah dihapus.
Usai unggahan tersebut, Jepang kini mengkritik China. Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi mengatakan pernyataan Xue di media sosial sangat tidak pantas.
“Kami sangat mendesak pihak Tiongkok untuk terus mengambil tindakan yang tepat agar hal ini tidak mempengaruhi arah hubungan Jepang-Tiongkok secara keseluruhan,” kata Motegi.
Netizen dan Parlemen Jepang pun ramai menuntut agar Xue meminta maaf. Ada juga yang menyebut Persona Non Grata untuk diplomat Tiongkok.
“Katakanlah [Xue] Persona Non Grata dan akan segera dideportasi,” kata anggota majelis tinggi Jepang, Hiroshi Yamada.
Pada hari Minggu kemudian, Xue meminta orang-orang untuk berhenti berspekulasi dan memutarbalikkan kata-katanya.
“Saya ingin menegaskan kembali bahwa akar masalahnya terletak pada politisi Jepang yang mengabaikan pernyataan penolakan kami yang berulang kali dan tegas,” kata Xue.
Dia kemudian berkata, “Mereka dengan santai menyatakan bahwa kemungkinan Taiwan adalah kemungkinan Jepang.” Klaim seperti itu, lanjut Xue, tentu akan menjadi ancaman bagi Tiongkok.
Baru-baru ini, Tiongkok semakin agresif dalam mengintimidasi Taiwan, wilayah yang dianggap ingin diserap oleh Tiongkok.
Tiongkok juga berulang kali menegaskan bahwa pihaknya tidak menutup kemungkinan menggunakan kekerasan atau cara koersif untuk membela Taiwan.
(baca/baca)

