Jakarta, Pahami.id —
Petugas dari berbagai instansi bahu-membahu menangkap buaya muara yang kabur dari lokasi tahanan di Desa Gunung Jati, Desa Sayang, Kecamatan CianjurJawa Barat, minggu ini.
Salah satu petugas yang terjun adalah Yayan Nurdin alias Mang Ipei. Mang Ipei merupakan salah satu pekerja di lahan pertanian.
Mang Ipei mengatakan, proses penangkapan kembali buaya yang kabur setelah membobol satu titik kandang telah dilakukan sejak Rabu (2/10).
“Saya bukan pawang, tapi saya sudah terbiasa memelihara buaya. Dulu saya juga memindahkannya ke dalam kandang. Jadi hanya butuh waktu 10 menit saja mereka bisa kabur ke lokasi galian C, karena kondisinya. Di tanah terbuka dan datar langsung diikat mulutnya lalu kakinya,” kata Mang Ipei, Kamis (3/10) dikutip dari Momen Barat.
Namun, lanjutnya, proses penangkapan dua ekor buaya yang kabur ke sungai dan persawahan tersebut memakan waktu lebih lama. Medan di sekitar buaya membuat sulit untuk mengikatkan tali pada buaya.
Menurutnya, dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk menangkap kedua buaya tersebut.
“Butuh waktu 20 menit untuk menangkap seekor karena kami dibantu oleh warga sekitar yang berani membantu. Karena buayanya besar, sulit kalau sendirian. Ditambah medan yang sulit di sawah dan sungai. Makanya penangkapannya Prosesnya memakan waktu yang cukup lama,” kata Mang Ipei.
Buaya berukuran sekitar tiga meter itu ditangkap di sawah dan mulutnya diikat dengan jaring, matanya ditutup kain, dan kakinya diikat petugas dibantu warga.
Mang Ipei mengatakan, saat melakukan evakuasi, warga dan petugas yang membantu panik karena buaya tersebut berkelahi dan berusaha melarikan diri.
“Sempat terjadi perlawanan sehingga cukup menegangkan saat kami menangkap keduanya. Akhirnya yang lolos berhasil ditangkap kembali,” imbuhnya.
Saat ini, buaya yang kabur tersebut sudah dibawa kembali ke penangkaran dengan kondisi mulut dan kaki diikat sambil menunggu kedatangan petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat.
Garis polisi dipasang di lokasi dugaan pelarian buaya di Sayang, Cianjur. (Pahami.id/Gani)
|
Sebelumnya diberitakan, sedikitnya lima ekor buaya berukuran 3 hingga 5 meter berhasil lolos dari kandang akibat tembok jebol. Buaya tersebut dititipkan kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Kepala Kampung Sayang Wiji Eko, Kamis pekan lalu, mengatakan, ambruknya tembok peternakan buaya di tanah milik pengusaha di Kampung Gunung Calung, Mukim Sayang, bermula saat hujan deras dan angin kencang pada Rabu malam.
“Ada sekitar 80 ekor buaya di penangkaran milik BKSDA sebagaimana tercantum dalam surat penahanan, namun belum diketahui berapa yang lolos, hanya 5 yang tertangkap,” ujarnya di Sayang, Cianjur, dikutip dari di antara.
Kini buaya tersebut telah diamankan dan pada Jumat (4/10) tim gabungan dari berbagai instansi melakukan survei ke lokasi penangkaran.
Kabag Operasi Polres Cianjur Kompol Iwan Setiawan mengatakan, puluhan anggota TNI-Polri, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, BPBD, dan Damkar Kabupaten Cianjur menyisir sejumlah tempat untuk memastikan tidak ada lagi. buaya lepas di daerah dekat pemukiman penduduk.
“Kami juga sudah menyiapkan garis polisi agar masyarakat dan seluruh anggota waspada karena ini adalah satwa liar. Tidak boleh melintas,” ujarnya.
Ia memastikan tidak ada lagi buaya yang tersisa di beberapa anak sungai Margaluyu dan sungai lainnya.
Termasuk di persawahan sekitar areal pertanian. Sudah dua hari ini kita lakukan, tapi tidak ditemukan apa-apa, kata Iwan.
Dia menjelaskan, lahan yang dijadikan tempat penangkaran buaya sementara dengan luas sekitar 500 meter persegi adalah milik Fujianto.
Namun sejak tahun 2018, pengoperasian, pemeliharaan, dan keamanan sepenuhnya menjadi tanggung jawab BBKPSDA, ujarnya.
BKSDA Wilayah I Bogor mengakui, 80 ekor buaya yang dipelihara di penangkaran Kampung Sayang, Kabupaten Cianjur, sudah dititipkan ke pusat selama beberapa tahun terakhir karena kesulitan mencari tempat.
Mengutip dari di antaraKepala KSDA Wilayah Bogor I Diah Qurani Kristina mengatakan, buaya tersebut diambil alih BKSDA pada 2018 dari lokasi yang sama menyusul berbagai kendala termasuk perizinan.
“Status penangkaran BKSDA karena kami tidak punya tempat, sehingga masih dipelihara di lokasi di Kampung Sayang. Jumlah yang dititipkan pada 2018 sekitar 80 orang,” ujarnya.
Perawatan di lokasi ini disertifikasi dengan sertifikat perawatan jenis buaya muara. Namun, kata dia, jumlah buaya kini berpotensi berkurang karena kemungkinan besar akan mati dan dimakan buaya lainnya.
Kini, ketika buaya-buaya tersebut kabur akibat jebolnya tembok kawasan penangkaran di Cianjur, tim berencana memindahkan lima ekor buaya yang lolos ke tempat perawatan di Taman Safari Indonesia, sementara puluhan buaya lainnya masih menunggu. untuk lokasi yang memadai.
(tim/anak-anak)