Jakarta, Pahami.id —
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menuding media Korea Selatan menyebarkan rumor mengenai kerusakan dan korban banjir di negaranya, demikian media pemerintah, Sabtu (3/8).
Korea Utara mengatakan awal pekan ini bahwa banjir menyebabkan kerusakan pada ribuan rumah dan memakan korban jiwa, meski tidak menyebutkan jumlah korban jiwa.
Pemerintah Korea Selatan pada Kamis menyatakan siap memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana Korea Utara, setelah media Korea Selatan Chosun melaporkan jumlah korban tewas dan hilang bisa mencapai 1.500 orang.
Laporan stasiun televisi tersebut juga menyebutkan bahwa seorang petugas penyelamat tewas dalam kecelakaan helikopter tersebut. Berita ini kemudian direproduksi oleh banyak media lain.
Namun, Kim Jong Un mengkritik laporan tersebut karena menyebarkan berita palsu bahwa jumlah korban tewas diperkirakan lebih dari 1.000 atau 1.500 orang, menurut Kantor Berita Pusat Korea Pyongyang, KCNA.
Kim kemudian menyebut hal ini sebagai “kebiasaan buruk” dan “sifat buruk sampah Korea Selatan (Korea Selatan)”
“Laporan banjir tersebut merupakan ‘kampanye kotor’ Korea Selatan untuk mempermalukan kami dan mencoreng citra Korea Utara,” kata Kim Jong Un.
Pemerintah Korea Utara mengatakan pada hari Rabu bahwa kelalaian pejabat terhadap tugas pencegahan bencana telah menyebabkan jumlah korban jiwa, tanpa menyebutkan lokasinya.
Namun, Korea Utara juga mengatakan pada hari Sabtu bahwa tidak ada korban jiwa sama sekali di wilayah Sinuiju, wilayah yang menurut Pyongyang paling parah terkena dampak banjir.
Angkatan Udara Korea Utara diklaim telah menyelamatkan lebih dari 5.000 orang, dengan sekitar 4.200 di antaranya diselamatkan dengan helikopter dalam beberapa jam.
Hubungan antara kedua Korea berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, namun Kementerian Unifikasi dan Luar Negeri Korea Selatan minggu ini menyampaikan belasungkawa kepada para korban banjir di Korea Utara.
Seoul mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya tidak menerima tanggapan dari Korea Utara, setelah mencoba menawarkan bantuan kemanusiaan melalui saluran komunikasi kantor penghubung Korea.
Awal tahun ini, Korea Utara menyatakan Korea Selatan sebagai musuh utamanya, dan Pyongyang belum menjawab panggilan hotline antar-Korea sejak April 2023.
(AFP/vws)