Jakarta, Pahami.id –
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei membantah klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sekutunya, Israel, yang berhasil menghancurkan beberapa situs nuklir Iran dalam perang 12 hari Juni lalu.
Saat itu, AS mengaku telah menghancurkan beberapa fasilitas nuklir Iran termasuk di Natanz, Fordow, dan Izfahan. Serangan AS-Israel saat itu juga menewaskan beberapa ilmuwan nuklir terkemuka Iran.
“Presiden AS (Donald Trump) dengan bangga mengatakan mereka telah mengebom dan menghancurkan industri nuklir Iran, teruslah bermimpi,” kata Khamenei dalam pernyataannya kepada media Iran seperti dikutip ReutersSenin (20/10).
Dalam kesempatan itu, Khamenei juga menolak perundingan nuklir dengan AS. Dia mengatakan pemerintahan Trump bersikap koersif selama negosiasi dan menduga hasilnya sudah pasti.
“Trump mengatakan dia adalah pembuat kesepakatan, namun jika kesepakatan disertai dengan paksaan dan hasilnya sudah ditentukan, maka itu bukanlah kesepakatan,” kata Khamenei.
Dia kemudian berkata, “Itu tidak lebih dari paksaan dan intimidasi.”
Pemimpin tertinggi tersebut kemudian mengatakan betapa pentingnya bagi Amerika untuk mengetahui apakah Iran memiliki senjata nuklir atau tidak.
“Intervensi ini tidak tepat, salah dan bersifat memaksa,” katanya.
Pekan lalu, Trump menyampaikan kepada Parlemen Israel keinginan AS untuk kembali bernegosiasi dengan Iran mengenai masalah nuklir.
Sebelumnya, Iran dan Amerika Serikat terlibat dalam lima putaran perundingan nuklir. Namun babak ini berakhir ketika Israel menyerang Iran atau yang dikenal dengan Perang 12 Hari. Saat itu, negara Zionis juga dibantu oleh Amerika Serikat.
Selama ini AS dan negara-negara Barat meyakini Iran sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir atau bom. Namun Teheran telah berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai.
(ISA/RDS)