Site icon Pahami

Berita Kepemilikan Senjata di Bawah Kendali Negara


Jakarta, Pahami.id

pemimpin baru Suriah Ahmad al-Sharaa mengatakan semua senjata akan berada di bawah kendali negara termasuk yang dimiliki oleh tim pimpinan Kurdi.

Faksi-faksi bersenjata akan mulai mengumumkan pembubaran mereka dan bergabung dengan tentara, kata Sharaa dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan.


“Kami sama sekali tidak akan membiarkan kehadiran senjata di luar kendali negara, baik dari faksi revolusioner atau faksi di wilayah SDF,” merujuk pada Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi, dikutip dari AFP, Minggu (22). /12). ).

Al-Sharaa mengatakan pemerintahnya berupaya melindungi kelompok minoritas, menekankan pentingnya hidup bersama di negara multi-etnis dan multi-agama setelah kelompok Islam yang dipimpinnya menggulingkan Bashar al-Assad.

“Kami berusaha melindungi sekte dan kelompok minoritas dari segala serangan yang terjadi di antara mereka” dan dari aktor “eksternal” yang mencoba mengeksploitasi situasi “untuk memicu perselisihan sektarian”, kata Sharaa.

“Suriah adalah negara untuk semua dan kita bisa hidup berdampingan,” tambahnya.

Sebagai informasi, Al-Sharaa, pemimpin kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang merebut kekuasaan di Damaskus, sebelumnya menjadi sasaran sanksi AS.

Namun, setelah komunikasi resmi pertama mereka di Damaskus Jumat lalu, pemerintah AS mengumumkan telah membatalkan hadiah sebesar US$10 juta atau setara Rp162 miliar kepada siapa pun yang berhasil menangkap Al-Sharaa.

Berdasarkan diskusi kami, saya mengatakan kepadanya bahwa kami membatalkan tawaran hadiah, kata Leaf.

Menurut Leaf, dia memberi tahu Al-Sharaa tentang ‘kebutuhan penting untuk memastikan bahwa kelompok teroris tidak dapat menimbulkan ancaman di dalam atau di luar Suriah, termasuk terhadap AS dan mitra kami di wilayah tersebut.

Leaf mengklaim bahwa Al-Sharaa berkomitmen untuk melakukan hal ini.

HTS, yang memimpin koalisi kelompok bersenjata yang meraih kemenangan di Damaskus, mengklaim telah memutuskan hubungan dengan jihadisme dan berusaha meyakinkan masyarakat akan kemampuannya memulihkan negara setelah hampir 14 tahun dilanda perang saudara.

Perancis, Jerman, Inggris dan PBB juga telah mengirim utusan ke Damaskus dalam beberapa hari terakhir untuk menjalin komunikasi dengan pemerintah baru.

Negara-negara Barat mewaspadai risiko pecahnya negara dan bangkitnya kelompok jihad Negara Islam (ISIS), yang belum sepenuhnya diberantas di negara tersebut.

(AFP/fra)


Exit mobile version