Jakarta, Pahami.id —
Serial Simpsons menjadi pusat perhatian setelah netizen heboh karena episode mereka menjadi kenyataan segera setelahnya Kamala Harris dicalonkan menjadi calon presiden Amerika Serikat.
Harris akan menjadi calon presiden setelah Presiden AS Joe Biden mundur dari pencalonannya. Sontak, banyak warganet yang mengaitkan nominasi Harris dengan Lisa Simpsons.
Pada pemilu sebelumnya, The Simpsons juga dinilai berhasil memprediksi Trump menjadi presiden.
Serial Simpsons disebut-sebut sebagai salah satu contoh program prediktif dan menimbulkan pertanyaan, mengapa sering dikaitkan dengan pemilu AS?
Pakar Universitas Ohio Dahria Beaver, dalam artikel yang dirilis pihak kampus, mengatakan pemrograman prediktif mengacu pada teori tertentu.
“Teori bahwa pemerintah negara bagian atau pejabat tinggi lainnya menggunakan film atau buku fiksi sebagai alat pengendalian pikiran massal untuk membuat masyarakat lebih menerima rencana kejadian di masa depan,” kata Beaver.
Teori ini pertama kali dijelaskan dan dikemukakan oleh peneliti Alan Watt. Ia mendefinisikan program prediktif sebagai bentuk adaptasi psikologis halus dari media.
“Ini untuk memperkenalkan masyarakat mengenai perubahan sosial yang direncanakan oleh para pemimpin kita,” kata Watt dalam postingan Beaver.
Jika dan ketika perubahan itu dilaksanakan maka masyarakat akan terbiasa dengan perubahan tersebut dan menerimanya sebagai suatu perkembangan yang wajar, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi dan keresahan masyarakat.
Selain The Simpsons, kasus pemrograman prediktif yang paling terkenal adalah contoh yang ditemukan dalam The Dark Knight Rises, The Hunger Games, dan Futility.
Orang yang mempercayai teori ini, kata Beaver, kebanyakan adalah penganut teori konspirasi.
Inti dari program prediktif, lanjutnya, adalah taktik mengurangi resistensi dengan memperkenalkan konsep-konsep yang tampaknya tidak masuk akal.
Namun konsep tersebut terus diperkenalkan agar lebih mungkin atau setidaknya dapat diterima.
Beaver juga menguraikan mengapa film dan televisi menjadi wadah untuk memperkenalkan konsep-konsep yang diinginkan pihak berwenang.
“Saat menonton sesuatu, biasanya seseorang menganggapnya sebagai hiburan dan kewaspadaan teoritisnya akan menurun dan pesan subliminalnya akan langsung masuk ke alam bawah sadar,” ujarnya.
Penulis dan produser The Simpsons pada 1990-an, Bill Oakley, menggambarkan kartun tersebut sebagai sindiran.
“Saya akan mengatakan secara umum ketika orang mengatakan The Simpsons memprediksi sesuatu, kami hanya menyindir peristiwa dari kehidupan nyata di tahun-tahun sebelumnya,” kata Oakley pada tahun 2016, dikutip dari Reuters.
Dia kemudian berkata, “Dan karena sejarah terus berulang, sepertinya kita sedang meramalkan sesuatu.”
Sebuah episode berjudul Bart to the Future of The Simpsons dirilis pada tahun 2002 dan berlatar tahun 2030.
Dalam serial ini, Lisa Simpson berperan sebagai presiden dan mengenakan setelan jas ungu dengan mutiara putih.
Penampilan Lisa mirip dengan Kamilia Harris saat dilantik menjadi calon wakil presiden.
Lisa digambarkan sebagai presiden perempuan heteroseksual pertama di AS yang mewarisi krisis anggaran dari Presiden Donald Trump, seperti dikutip CBS News.
(isa/bac)