Jakarta, Pahami.id —
Perancis menjadi fokus dunia karena adanya Olimpiade 2024 yang akan digelar di Paris pada akhir Juli hingga pertengahan Agustus.
Di tengah kemeriahan pesta olahraga tersebut, foto peraih emas olahraga Thomas Ceccon yang tertidur di taman menjadi viral.
Dalam foto tersebut, Ceccon terlihat sedang tidur nyenyak di atas handuk di sebuah taman. Fenomena ini memicu perdebatan mengenai masyarakat di Perancis yang jarang menggunakan pendingin ruangan (AC).
Di Prancis, saat musim panas, suhu rata-rata berkisar antara 21 derajat Celcius hingga 30 derajat Celcius. Angka tersebut relatif lebih rendah dibandingkan musim panas di Indonesia yang mencapai di atas 30 derajat Celcius.
Kebanyakan orang di Perancis juga percaya bahwa mereka tidak memerlukan AC dan dianggap buruk bagi kesehatan mereka.
Warga di Prancis juga banyak yang punya rumah berjendela, kalau terasa panas tinggal dibuka saja, ujarnya Oui di Perancis.
Membuka jendela pada malam hari membuat rumah terasa lebih sejuk dan akan teduh pada siang hari jika jendela ditutup.
Beberapa orang di Eropa juga menganggap AC sebagai sebuah kemewahan dan ancaman yang dapat merusak planet ini.
Tak hanya di Prancis, beberapa negara di Eropa juga jarang menggunakan AC di rumahnya.
Menurut perkiraan industri, hanya 3 persen rumah di Jerman dan kurang dari 5 persen rumah di Perancis yang memiliki AC.
Di Inggris, menurut perkiraan pemerintah, kurang dari 5 persen rumah memiliki unit AC yang terpasang.
Negara-negara Eropa mempunyai musim panas yang hangat dan jarang mencapai suhu setinggi di Amerika Selatan.
Bahkan pada hari yang sangat panas, udara di Roma, Italia tidak akan selembab di Seoul, Tokyo, atau Washington.
Di Inggris, yang terkenal lebih lembab daripada panas, rumah secara tradisional dibangun untuk menahan panas daripada melepaskannya.
Panas Ekstrim, Warga Beralih ke AC?
Namun belakangan gelombang panas ekstrem melanda beberapa negara di Eropa.
Washington Post laporan Negara-negara Eropa telah mempertimbangkan untuk menggunakan AC dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam laporan tahun 2018, Badan Energi Internasional menyatakan bahwa kepemilikan AC di Italia, Spanyol, Yunani, dan Prancis selatan telah meningkat pesat selama dekade terakhir.
IEA memperkirakan jumlah unit AC di Uni Eropa akan meningkat dua kali lipat dari 110 juta pada tahun 2019 menjadi 275 juta pada tahun 2050.
Sebagian besar pelaku industri yakin mengapa permintaan AC meningkat: suhu musim panas yang melonjak.
Eropa kini menjadi titik panas global, dengan peningkatan jumlah gelombang panas selama dua dekade terakhir.
Penelitian yang dilakukan oleh Kantor Meteorologi Inggris menemukan bahwa negara tersebut kini 10 kali lebih mungkin mengalami hari-hari dengan suhu di atas 40 derajat Celsius.
Sadar akan krisis iklim yang semakin nyata, sebagian masyarakat di Eropa kini mulai menerima bahwa penggunaan AC mungkin diperlukan untuk menyelamatkan nyawa.
Setelah gelombang panas menewaskan sekitar 15.000 orang di Perancis pada tahun 2003, AC diperkenalkan di beberapa panti jompo sebagai upaya untuk melindungi kelompok yang paling rentan.
(isa/bac)