Site icon Pahami

Berita Kenapa Iran Akui Butuh Waktu Serang Israel Balas Kematian Haniyeh?


Jakarta, Pahami.id

Iran belum mengungkapkan waktu pasti dan skala serangan terhadap Israel untuk membalas kematian mantan pemimpin tersebut Hamas Ismail Haniyah.

Haniyeh dibunuh di Teheran pada akhir Juli. Iran menuduh Israel berada di balik pembunuhan itu.

Iran dan proksinya termasuk Hizbullah telah berulang kali berjanji akan melancarkan serangan balasan besar-besaran terhadap Israel. Namun hingga saat ini penyerangan tersebut belum terlaksana.


Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) bahkan menyatakan bahwa serangan balik Teheran terhadap Israel mungkin akan terjadi dalam waktu yang lama.

Juru bicara IRGC Alimohammad Naini mengatakan Iran kini menggunakan waktu sebaik mungkin untuk mempersiapkan serangan balik terhadap Negara Zionis atas pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, 31 Juli. Mengapa demikian?

Pengamat dari Boston University, Eyal Pinko mengatakan, mengetahui waktu pasti terjadinya serangan Iran dapat dilihat dari budaya atau kebiasaan mereka.

“Kebudayaan Iran tidak memerlukan reaksi [serangan] harus dilakukan secepatnya,” kata Pinko saat diwawancarai media Israel, ILTVSenin (19/8).

Pinko lantas membandingkan reaksi Iran saat Jenderal Qassem Suleimani dibunuh Amerika Serikat di Bagdad, Irak, pada Januari 2020.

Iran, lanjutnya, tidak segera merespons serangan tersebut.

“Iran baru merespons delapan bulan kemudian,” kata Pinko.

Iran juga pada saat itu hanya melakukan serangan balik terbatas terhadap pangkalan AS.

Pinko kemudian menggarisbawahi bahwa Iran memiliki jangka waktu tertentu untuk melakukan serangan balik termasuk skalanya.

Ia juga mengatakan bahwa Iran belum melakukan serangan karena sekarang adalah masa krisis bagi mereka menjelang pemilu AS pada bulan November.

“Iran akan melakukan apa pun yang mereka bisa agar Kamala Harris terpilih, bukan Donald Trump,” kata Pinko.

Dia kemudian berkata, “Trump bukanlah kabar baik bagi Iran.”

Sebagai pemain strategis, kata Pinko, Iran memahami jika Trump kembali berkuasa maka perekonomian negara akan terdampak.

Pinko menduga Trump mungkin akan menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Iran jika ia menjadi presiden.

Jadi sekarang saatnya membakar semangat untuk memenangkan Kamala Harris di pemilu, ujarnya.

Inilah sebabnya mengapa Iran masih belum melakukan apa pun mengenai pembalasan tersebut.

Di tengah ketidakpastian mengenai waktu serangan, Amerika Serikat dan sekutunya membujuk Iran untuk membatalkan serangan balik.

Negara-negara tersebut mengklaim bahwa serangan Iran dapat memperburuk situasi di Timur Tengah. Namun Teheran tidak takut dengan ancaman tersebut.

Center for the Study of War (ISW) dan Critical Threat Project (CTP) merilis laporan informasi terkini mengenai Perang Israel-Hamas.

Mereka merilis laporan tentang mediator AS dan asing yang mencoba menunda waktu serangan Iran.

“Dengan mengancam Iran dan mengajukan potensi kesepakatan gencatan senjata, pertukaran sandera adalah jalan keluar dari eskalasi regional lebih lanjut,” menurut ISW dan CTP, minggu lalu.

AS dan Israel telah memberi isyarat bahwa sebuah serangan akan ditanggapi dengan respons militer yang signifikan sekaligus menyatakan keyakinan mereka terhadap perjanjian gencatan senjata.

Amerika Serikat baru-baru ini memperingatkan Iran bahwa serangan Iran terhadap Israel dapat memicu “respon militer yang kuat” dari Israel.

Di sisi lain, Israel juga dalam keadaan siaga tinggi. Mereka mengadakan latihan militer skala besar termasuk pengerahan jet tempur dan simulasi penerbangan jarak jauh.

CTP-ISW menilai Iran kemungkinan berusaha memulihkan pencegahan sekaligus menghindari perang skala penuh.

“Respon militer besar-besaran terhadap Iran setelah serangan Iran akan menunjukkan bahwa Iran tidak membangun kembali pencegahan dan pada saat yang sama meningkatkan risiko perang yang lebih luas,” kata mereka.

(isa/bac)



Exit mobile version