Jakarta, Pahami.id –
Resistensi kelompok di Palestina Hamas akan menunda rilis sandera Israel yang awalnya dijadwalkan pada hari Sabtu (15/2).
Juru bicara sayap brigade Hamas Al Qassam Abu Ubaida mengatakan penundaan itu dilakukan ketika Israel melanggar gencatan senjata.
“Sandera tetap berada di tempat mereka sampai entitas pekerjaan [Israel] mematuhi kewajiban masa lalu dan memberikan kompensasi retroaktif, “kata Ubaida, Al JazeeraSenin (10/2).
Israel, melanjutkan, melanggar beberapa bagian gencatan senjata yang disepakati oleh kedua belah pihak.
“Selama tiga minggu terakhir, pemimpin pertandingan [Hamas] Pantau pelanggaran Israel dan ketidakpatuhan terhadap perjanjian, “kata juru bicara itu.
Pelanggaran ini termasuk menunda pengembalian pengungsi ke Gaza Utara, menargetkan penduduk dengan tembakan, dan tidak mengizinkan bantuan dalam semua bentuk.
Situasi ini berbanding terbalik dengan Hamas yang mematuhi perjanjian.
“Sementara itu, perlawanan memenuhi semua kewajiban,” kata Ubaida.
Sebelumnya, perwira senior Hamas Basem Naim juga mengatakan Israel tidak mematuhi perjanjian dalam gencatan senjata.
“Dalam tiga minggu terakhir setelah perjanjian ditandatangani, kami melakukan diskusi yang sangat serius dan negosiasi dengan mediator tentang pelanggaran Israel,” kata Naim.
Naim mengatakan bahwa 25 warga Palestina tewas dan lusinan lainnya terluka dalam serangan Israel selama gencatan senjata.
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz, dengan cepat menanggapi langkah Hamas. Dia mengatakan keputusan itu merupakan pelanggaran penuh terhadap perjanjian gencatan senjata.
“Saya telah mengarahkan [militer] “Untuk mempersiapkan pada tingkat kewaspadaan tertinggi untuk setiap skenario yang mungkin di Gaza,” kata Katz.
Hamas dan Israel sepakat bahwa gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari.
Perjanjian tersebut mencakup pertukaran tahanan dan sandera, penarikan tim Israel dari Gaza, sampai lebih banyak bantuan akan memasuki wilayah tersebut.
Hingga saat ini, Israel dan Hamas telah melakukan lima pertukaran sejak gencatan senjata dengan 21 Israel telah dibebaskan dan lebih dari 730 warga Palestina telah dibebaskan.
Gencatan senjata disepakati setelah Israel meluncurkan invasi Palestina sejak Oktober 2023. Dampak dari operasi ini, lebih dari 48.000 orang tewas.
(ISA/RDS)